Pasuruan, Pojok Kiri
- Tidak adanya transparansi publik terkait pengelolaan suatu program di desa, pasti akan memicu konflik dan dugaan penyelewengan.
Salah satunya menurut informasi yang beredar di masyarakat Desa Carat kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan, dalam pengelolaan dana HIPPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum) pengurus dan warga meminta transparansi ketua, sekretaris, Bendahara untuk laporan pertanggungjawabannya, namun tiap kali diminta kejelasan rincian, di jawab rugi.
Bahkan Kepada Pojok Kiri, salah satu nara sumber warga Desa carat yang enggan disebutkan namanya menyampaikan, gejolak masalah HIPPAM di desa Carat sudah lama terjadi, puncaknya karena air sering keruh masyarakat sudah ngak sabar, muncullah panggilan dari Tipikor Polres Pasuruan.
Dijelaskan dari narasumber, bahwasannya ada anggaran 200juta untuk HIPPAM. Pertanyaannya anggarannya itu dari mana dan untuk apa?!!. Karena selama ini tiap kali rapat tidak disampaikan rinciannya yang jelas. Tau-tau tiap tahun pengurus dapat honor fariatif, ada yang 700 sampai 1juta.
"Yang jadi pertanyaan pengurus, dana itu dari mana, tau-tau infonya di pinjamkan uang Bank BRI, terus rinciannya bagaimana?!!, "ujarnya.
Sementara itu tidak diimbangi dengan pelayanan yang baik, polemik keruhnya air makin memicu kecurigaan warga, dan belum lagi beban pembayaran konsumen rata-rata 100ribu per bulan cukup memberatkan warga.
Padahal hasil pembayaran dari konsumen mencapai puluhan juta rupiah tiap bulan, kemana dana tersebut ? " ujar salah satu warga dalam memberikan informasi ke awak media, rabo (22/10/2025)
Dia juga menambahkan bahwa pelanggan di dusun Carat antara 250 sampai 300 titik sambung, artinya kalau di kalkulasi, misal per bulan 1 rumah membayar Rp 100.000,- maka dikalikan 250 pelanggan sudah ketemu, 25juta per bulan.
Hal yang sama juga di sampaikan ketua RT.02 RW 03, Sugeng, bahwasannya selama ini dirinya menjadi tabrakan warganya, 90 warganya merasa tidak puas atas pelayanan HIPPAM, selain airnya kerap kali keruh, tagian meter air selalu kena beban yang mahal.
"Saya jadi tabrakan keluhan warga saya, airnya sering keruh dan tagian meternya mahal, rata-rata 100ribu lebih. Aku jawab apa, HIPPAM sendiri gak jelas, "Ucapnya.
Dirinya juga heran, kemarin saat mengikuti rapat, kenapa selalu ngomong rugi, padahal sudah berjalan bertahun-tahun. Bersambung.(Syafii/Yus).
