Header Ads Widget

Hosting Unlimited Indonesia

Ticker

6/recent/ticker-posts

Perjuangan Rakyat Wonosunyo Menuju desa Bebas Narkoba dan Religius



Pasuruan, Pojok Kiri
Desa Wonosunyo merupakan desa yang terletak di area Gunung Penanggungan, yang juga dikenal sebagai Gunung Pawitra, merupakan gunung religius di Pasuruan. Sebagai tempat suci dan pusat spiritualitas pada masa Hindu-Buddha, dibuktikan dengan banyaknya peninggalan bersejarah dan situs keramat, sebagai simbol spiritual. 

Sehingga Raja Mpu Sindok mencatat dalam prasastinya, disebutkan bahwa Mpu Sindok memberikan perintah kepada rakyat Cunggrang untuk menjadi sima bagi Pawitra (Gunung Penanggungan) dan memelihara pathirtan dan prasada juga memperbaiki Pawitra. Yang dimaksudkan sebagai pathirtan adalah candi Belahan sebab candi Belahan berada disebelah barat lokasi prasasti Cunggrang, dan Wonosunyo pada eranya masuk wilayah Cunggrang.

Isi prasasti ini membuktikan bahwa rakyat Wonosunyo adalah rakyat yang religius, dan agamis. Hal ini terlihat sampai era modern, mereka berperan aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan dan tradisi lokal. Ritual seperti Megengan memiliki makna mendalam bagi mereka, memperkuat ikatan sosial dan keagamaan sekaligus melestarikan budaya lokal. Contohnya, masyarakat sering menghormati ritual sakral seperti di Petirtaan Belahan, dan mengusir wisatawan yang mengganggu ritual tersebut.

Masyarakat Wonosunyo dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi dan kearifan lokal. Mereka juga memiliki hubungan yang erat dengan alam, terutama Gunung Penanggungan, yang mereka anggap sebagai gunung suci.

Mata pencahariannya yang menyatu dengan alam, mulai dari menanam jagung, ketela, dan memanfaatkan lahan perhutani untuk menanam Kunir, jahe, dan rempah-rempah yang lain sebagai pendapatan mereka.

Bahkan rakyat Wonosunyo Memanfaatkan alam pegunungan untuk ternak madu berkualitas tinggi sambil menjaga kelestarian lingkungan. Karena pegunungan menawarkan berbagai keuntungan seperti habitat yang kaya, flora yang beragam, dan iklim yang mendukung pertumbuhan lebah madu. 

Masyarakat Wonosunyo yang santun, dan agamis ini telah dikotori oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, mirisnya ini dilakukan oleh orang perkotaan yang ingin merusak tradisi dan budaya desa. Para bajingan ini memanfaatkan alam desa Wonosunyo sebagai tempat untuk menikmati narkoba, bahkan di tempat ini jadi sarang peredaran narkoba.(Bersambung/Syafii/Yus).