Pasuruan, Pojok Kiri
Dalam rangka pelaksanaan tradisi tahunan Bersih Desa, Pemerintah desa Randupitu kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan menggelar rangkain acara Ruah desa, di dusun Babad, pada Kamis (19/6/2025) di awali dengan kegiatan ziarah makam leluhur yang diikuti oleh seluruh Perangkat desa, RT, RW, Tokoh Agama serta Tokoh Masyarakat yang ada di desa Bulusari.
Ziarah makam leluhur yang dipimpin oleh Kades Randupitu, Mochammad Fuad merupakan salah satu rangkaian acara penting dalam tradisi Bersih Desa Randupitu. Kegiatan ini bertujuan untuk mendoakan dan mengenang jasa para leluhur yang telah membangun desa.
"Kegiatan ini bertujuan untuk mengenang jasa dan perjuangan para leluhur punden dan kepala desa yang telah meninggal, dengan mendoakan arwah Beliau agar mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah SWT, "ungkapnya.
Acara ziarah makam dimulai dengan penaburan bunga, sesajen dan wewangian yang kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa dan tahlil bersama yang dipimpin oleh Mudin Randupitu.
Mengawali Ziarah, rombongan Peziarah dari titik kumpul balai dusun Babad, menuju makam umum leluhur yang ada dusun Babad. Di komplek makam umum ini rombongan bersimpuh, memanjakan doa untuk para leluhur yang ada di makam, khususnya makam Mbah Sri Puti Dewi dan suaminya Mbah Rekso. Di sebelahnya ada makam Lurah ke 2. Suro Leksono (1937–1943), yang memimpin desa pada masa penjajahan Jepang. Beliau berjasa dalam menjaga stabilitas desa di tengah situasi yang sulit.
Disebelah makam Suro Leksono ada makam Ali Darmo Prayitno. Lurah ke 3 Ali Darmo Prayitno (1946–1954). Hidup di masa awal kemerdekaan Republik Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, Randupitu mulai bangkit dan membangun kembali struktur pemerintahan desa.
Selanjutnya Rombongan Peziarah melanjutkan perjalanan menuju dusun Gesing. Untuk menuju lokasi yang di sakralkan dan dijadikan punden oleh masyarakat setempat. Punden ini dinamakan Punden Mbah Putri, karena di tempat tersebut terdapat sebuah makam Putri Aryo Benih.
Untuk menuju lokasi punden, peziarah harus jalan kaki melewati pematang sawah teras Siring sejauh 300 meter dari perkampungan.
Disana akan kita jumpai di tengah-tengah rimbunnya pohon bambu, dan Pohon Asam ada satu makam tua tanpa pendopo dan pagar, yaitu makam punden dusun Gesing , Mbah Putri Aryo Benih.
Dilihat dari bahannya dan besarnya Nisan Mbah Putri Aryo Benih, motif Nisannya penuh ukiran atau ornamen, seperti yang banyak kita jumpai di Makam Kuno Kota Gresik.
Bisa di pastikan makam ini bukan makamnya orang biasa. Kalau rakyat jelata, tentu nisannya sederhana. Di mata para arkeolog, semua nisan dipandang sebagai data masa lampau. Nisan kuno tergolong awet karena berbahan batu. Sehingga, dari cerita Tutur tinular sampai sekarang makam ini di sebut sebagai Punden dusun Gesing.
Usai memanjatkan doa dipusaran makam Mbah Putri Aryo Benih Rombongan peziarah yang di pimpin Kepala desa Randupitu, melanjutkan perjalanan ke makam umum dusun Gesing. Di tempat ini para peziarah memanjatkan doa di makam almarhum, kepala desa no. 8. Mustakim (1984–1994).
Dilanjutkan menuju dusun Randupitu, ke makam keluarga punden dusun Randupitu, Buyut Biru. Makam ini berada di tengah area pekarangan yang luas, dan bangunan pendopo ukuran 3 X 3 meter. Punden ini dinamakan Punden Buyut Biru.
Selanjutnya, rombongan menuju ke komplek makam umum dusun Randupitu. Tak jauh dari pintu masuk makam ada dua makam sosok kepala desa yang mempunyai sejarah perjuangan mengusir penjajah dari bumi Randupitu, yaitu Makam Lurah Singo Wongso,
Kepala desa yang tercatat di sejarah desa Randupitu, adalah kepala desa no.1, Singo Wongso (1931–1937). Yang pada masanya, kepala Desa pertama ini tercatat secara resmi dalam sejarah Desa Randupitu. Beliau dikenal sebagai sosok yang tegas dan berani melawan perintah Belanda.
Di sebelah makam Lurah Singo Wongso ada makam pendekar Randupitu, pemuda pemberani yang menemani Singo Wongso berjuang melawan Belanda, yaitu kepala desa no. 4.Durrasat (1954–1964).
Perlu diketahui, Singo Wongso dan Durrasad adalah tokoh perjuang sejarah berdirinya desa Randupitu di mulai dengan membumi hanguskan Pabrik Gula Arjosarie Yang menjadi pusat kekuatan penjajah Belanda, berada di dusun Babad.
Durrasad atau Abdur Rosad adalah seorang pemuda yang pemberani, komandan laskar bersama Singo Wongso berjuang mengusir Belanda.
Selanjutnya peziarah melanjutkan ke makam keluarga Lurah no. 5. Jamak (1964–1974). Di masa kepemimpinannya, sektor pendidikan dan sosial mulai berkembang di desa Randupitu.
Usai melakukan ritual Ziarah makam leluhur/ punden dan pelaku sejarah desa Randupitu, Mochammad Fuad menyampaikan bahwa ziarah makam leluhur merupakan wujud rasa syukur dan penghormatan kepada para leluhur yang telah berjasa dalam membangun desa Randupitu. Beliau juga mengajak seluruh warga masyarakat untuk selalu menjaga dan melestarikan tradisi Bersih Desa ini.
"Setelah ini nanti sore, masih ada acara Ancak, doa bersama, tasyakuran di dusun Babad, malamnya dilanjut dengan kegiatan Pagelaran Wayang Kulit dan Campursari dari dinas pendidikan dan kebudayaan. "tuturnya.
Dalam rangkaian acara ini, mulai dari Ziarah makam, arak- arakan Ancak, do'a bersama, dan Pagelaran Wayang Kulit-Campursari, Kades Fuad mengatakan hanya di niati sebagai acara ngeruwat desa, niat slamatan, nyelameti desane, wargane, biar selamat dari balak atau cobaan.
Selain itu menurutnya, Ziarah juga dapat menjadi momen untuk mempererat kebersamaan antara warga desa, baik perangkat desa maupun tokoh masyarakat, juga dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk belajar dari perjuangan para pendahulu.
Diwaktu yang beda, malamnya, Pagelaran Wayang kulit-Campursari dengan lakon Wahyu Kamulyan, dalang Ki Sudarto dari Purwosari di gelar.
Pada kesempatan tersebut Ketua DPRD kabupaten Pasuruan, Samsul Hidayat hadir. Dalam sambutannya menyampaikan bahwasannya dari DPRD dan pemerintahan kabupaten Pasuruan, akan terus mensupport program kegiatan yang ada kaitannya dengan pelestarian budaya, termasuk wayang.
"Kalau kita melakukan sedekah desa, ini menunjukkan anak cucu ingat pada leluhurnya. "Ucapnya.
Samsul Hidayat berharap, "semoga dengan sedekah desa yang pagelaran wayang ini mudah-mudahan barokah dan manfaatnya untuk desa Randupitu khususnya kita semua hingga diberi ketentraman. "Pungkasnya. (Syafii/Yus).