Header Ads Widget

Hosting Unlimited Indonesia

Ticker

6/recent/ticker-posts

Bong Genteng Watukosek, terdapat Makam Cina Terkaya di Pasuruan Era 1.800-an



Pasuruan, Pojok Kiri
Bong Genteng, nama yang biasa di sebut sebagai komplek pemakaman cina yang ada di desa Watukosek. Sementara istilah Bong sendiri berarti tempat pemakaman etnis Tionghoa.

Warga desa Watukosek tak asing lagi dengan Bong Genteng. Makam etnis Tionghoa itu mendapat sebutan Bong Genteng karena ada makam tionghoa pertama kondisi bangunan pendoponya di pasang genteng. 

Bong Genteng terletak di desa Watukosek kecamatan Gempol, tak jauh dari Pusat Pendidikan Korps Brimob (Pusdik Brimob) Watukosek. Makam itu ternyata menyimpan cerita sejarah yang tak banyak diketahui.

Kepala desa Watukosek, Maskur mengatakan bahwa di kawasan Bong Genteng ada satu makam paling tua dan paling istimewa bangunannya memperlihatkan arsitektur yang istimewa, memiliki karakteristik tersendiri. Selain bentuknya yang unik, ukurannya juga cukup besar. Konon orang yang dimakamkan di tempat tersebut tergolong orang kaya.

Dari pantauan awak media Pojok Kiri tampak ada pendopo altar, tampak nisan atau bongpai dalam bahasa Hokkian. Bongpai dari batu dengan ukiran nama;   
Mevrow : Kwee Siok , 
Geb. : Liem Jhiang Nio
Lahir. : 10-9-1868
Meninggal : 9-7-1929

Ada juga ukiran di sayap kanan kiri bongpai berupa ragam hias yang terkait erat dengan simbol religi. Tampak ada ukiran dewa Cai Shen, dewa kekayaan di timur. Dari ukurannya menandakan bahwa almarhum Kwee Siok , dan Liem Jhiang Nio tergolong orang kaya. 

Dari ukiran dan fragmen bahan yang digunakan untuk bongpai dimakam tersebut mencerminkan status orang yang dimakamkan adalah orang kaya. Karena kalau orang kaya tionghoa biasanya dimakamkan dengan bongpai berbahan batu. 

Di sudut-sudut altar ada beberapa bangunan yang digunakan untuk ritual dan persembahan kepada para leluhur. 

Lebih aneh lagi ternyata makam yang besar dan lengkap ini peti matinya ada di bawah altar. Seperti gua, namun ada pintu besi, meskipun saat ini peti itu sudah tidak ada. Tapi kita bisa melihat bagaimana kepercayaan Tionghoa tentang kehidupan setelah kematian, di mana orang yang telah meninggal menurut adat dan kepercayaannya, orang tionghoa membutuhkan berbagai keperluan seperti di dunia nyata. 

Karena dalam kepercayaan Tionghoa, meletakkan peti mati di dekat altar dapat diinterpretasikan sebagai bentuk penghormatan dan penghubungan antara dunia nyata dan dunia roh, dengan altar sebagai perantara.

Bangunan yang sudah berumur hampir 100 tahun ini masih berdiri kokoh meski sedikit ada kerusakan.  

Kades Watukosek menceritakan bahwa area Bong Genteng Watukosek yang sangat luas ini merupakan tanah Kas desa, sehingga pengelolaan makam ditangani atau seijin pemerintah desa Watu Kosek. 

"Tanah Bong Genteng Watu Kosek ini semua merupakan tanah kas desa, "ucap Maskur.

Sebelum merdeka, masih dalam kekuasaan Belanda area ini sudah menjadi komplek makam tionghoa. Pemakamannya di mulai dari sisi Utara, sehingga makam sisi Utara banyak yang tidak terawat, dan hilang. 

"Makam yang lama-lama itu di sisi Utara, mangkanya banyak yang tidak terawat, bahkan banguna SD Negeri Watukosek dan kantor Pemerintahan desa ini dulunya bekas makam Tionghoa, karena statusnya tanah kas desa, "ungkap Maskur.

Karena statusnya milik desa bukan milik yayasan tionghoa, pemerintah desa merencanakan Bong Genteng untuk jadi destinasi wisata.

"Ada rencana Bong Genteng ini jadi destinasi wisata, khusunya di sisi Utara, "pungkasnya. (Syafii/Yus).