Pasuruan Pojok Kiri
Dusun Bangkok desa Karangrejo Kecamatan Gempol, kabupaten Pasuruan letak bersemayamnya Mbah Sapu Logo, tokoh dari Bumi Mataram yang dipercaya sebagai tokoh babad alas dusun Bangkok.
Bersama enam cantriknya Mbah Sapu Logo membuka sebagian hutan Karangrejo. Hutan selain penuh dengan pohon Bangkal, juga banyak batu berukuran besar yang berserakan, pada akhirnya dinamakan Dusun Bangkok.
Letaknya yang di apit sungai, kalau dilihat dari ketinggian, dusun Bangkok bentuknya mengerucut, karena itu alas tersebut dinamakan Bangkok, dalam bahasa sansekerta mempunyai arti, Bang" berarti kampung yang terletak di sungai, "Ko" berarti daratan (daratan yang di apit sungai).
Seiring dengan waktu akhirnya peradaban di tempat tersebut menjadi berkembang, warna warni kebudayaan (kuwung) makin tumbuh, sejalan dengan kearifan lokal.
Kepala Dusun (Kadus) Bangkok, Ari Kurniawan mengatakan, pada awak media Pojok Kiri, sabtu (8/2/2025) bahwasannya dari cerita tutur atau turun temurun yang ia dengar dari pendahulunya, dusun Bangkok dulu merupakan rimba belantara bagian dari Alas Karang Rejo yang dipenuhi oleh tumbuhan Bangkal.
Bahkan bangunan makam Mbah Sapu Logo hanya bangunan gubuk, didalamnya ada dua maisan yang terbuat dari batu andesit dengan tinggi setengah meter lebih.
"Dulu tempat ini tidak seperti ini, hanya bangunan gubuk, pintunya sebelah kiri. Dalam gubuk itu ada 2 maisan yang terbuat dari batu."terang Ari Kurniawan.
Tempat ini menurut Ari dianggap makam, dari tetua jaman dulu, ada jurukuncinya yang menjaga turun temurun sampai sekarang. Terakhir tahun 2013 bernama Mbah Giman. Sekarang dirawat langsung oleh Kasun Bangkok.
Ari Kurniawan menantu Ketua Forum Pamong Kebudayaan (FPK) Jawa Timur, Ki Bagong Sabdo Sinukerto, merasa terpanggil, karena dirinya juga keturunan dari juru kunci makam sebelum Mbah Giman.
"Saya ini keturunan dari jurukunci sebelum Mbah Giman, namanya Mbah Sutopo. Itu kakek saya, punya anak Kariyono toporejo, bapak saya, "jelasnya.
Terkait dengan bangunan baru pendopo Mbah Sapulogo dibangun sekitar tahun 2021 secara swadaya. Mereka mau swadaya, karena untuk menghormati leluhur, juga mensyukuri nikmat yang diperoleh.
Sebagai rasa penghormatan atas jasa Mbah Sapu Logo, setiap malam satu suro selalu mengadakan Tegal deso, dan setiap tiga bulan sekali mengadakan barikan.
"Sebagai wujud syukur, karena adanya kampung ini karena adanya kampung ini yaa karena yang di makam ini, tak lepas dari perjuangan Mbah Sapulogo."terang Ari.
Kalau makam 6 yang ada di luar ini , adalah cantrik nya Mbah Sapulogo. Ada namanya sendiri-sendiri, tapi gak hapal semua. Ada yang namanya nyai Sundari, mas Joko.
Peran cantrik ini, konon nyai Sundari dan Mas Joko ini lah yang selalu mendampingi dan membantu warga sekitar pemukiman.(Syafi'i/Yus)