Header Ads Widget

Hosting Unlimited Indonesia

Ticker

6/recent/ticker-posts

Isra Mi'raj, Peristiwa Agung, Perintah Sholat Lima Waktu



Pasuruan, Pojok Kiri
Hari ini, Minggu (27/1/2025), dengan suasana langit mendung, rintikan hujan tanpa henti, umat Islam merayakan peringatan Isra Miraj, sebuah peristiwa agung yang sarat dengan makna spiritual dan mendalam. Merupakan dua peristiwa penting dalam sejarah Islam. Di mana Rasulullah melakukan perjalanan spiritual dan menerima wahyu sholat lima waktu.

Hari suci ini tak hanya menjadi momen refleksi penuh hikmah bagi umat Islam. Dengan kata lain, peringatan Isra Miraj menginspirasi setiap insan untuk merenungi nilai-nilai luhur yang mampu memperkuat kehidupan iman dan memperdalam hubungan spiritual dengan Sang Ilahi.

Isra adalah peristiwa ketika Allah memperjalankan Nabi Muhammad saw ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, Palestina, dari Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi. Sedangkan Mi’raj adalah dinaikkannya Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsa, melintasi langit-langit, ke Sidrah al-Muntaha, yaitu suatu tempat yang tidak dapat dijangkau nalar dan pengetahuan manusia, jin, dan bahkan malaikat sekalipun. 

Dikutip dari buku "Isra & Miraj: Perjalanan Kepada yang Maha Agung oleh Zulkifli Mohamad Al Bakri", Isra berasal dari kata asra yang berarti perjalanan waktu malam. Secara istilah, Isra berarti Nabi Muhammad melakukan perjalanan dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa pada malam hari.

Sementara Miraj secara bahasa memiliki arti alat untuk naik. Secara istilah, Miraj adalah perjalanan Nabi Muhammad naik dari bumi ke langit melewati tingkatan langit sampai ke langit ketujuh.

Melansir Kitab Dardir Bainama (Qisah Isra Mi'raj) oleh Syaikh Najmuddin al Ghaithi, Isra Miraj terjadi pada malam tanggal 27 Rajab tahun ke-11 Kenabian. Kisahnya bermula ketika Nabi Muhammad SAW sedang beristirahat dengan tidur di samping Hijir Ismail dekat Ka'bah.

Beberapa saat kemudian atap rumah Rasulullah malam itu tiba-tiba tersingkap lalu masuk Malaikat Jibril. Dia membelah dada Nabi Muhammad SAW dengan tujuan untuk menyucikan hati dan batinnya.

Hatinya disucikan dengan air zam-zam yang dibawa Malaikat Mikail dalam sebuah bokor emas. Setelah dadanya terbuka, air itu ditumpahkan ke dalam hati Nabi Muhammad SAW sehingga dia memiliki sifat sabar, alim, yakin, dan Islam.

Rasulullah kemudian dikembalikan seperti sediakala lalu diberi gelar kenabian oleh kedua malaikat tersebut. Setelahnya, Nabi Muhammad SAW disediakan buraq yakni hewan berbulu putih, tinggi melebihi himar, dan lebih pendek dari bighol. Hewan itu disediakan sebagai kendaraan Nabi Muhammad SAW yang hendak melakukan perjalanan.

Peristiwa Isra
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Artinya: Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. (QS. Al-Isra' [17]:1)

Nabi Muhammad SAW lalu naik ke atasnya sambil berangkat didampingi malaikat Jibril di sebelah kanan dan Mikail di sebelah kiri. Selama perjalanan, Rasulullah SAW singgah di beberapa tempat untuk melaksanakan shalat sunnah sebagaimana diminta oleh Malaikat Jibril.

Tempat berhentinya Nabi SAW untuk shalat sunnah itu merupakan tempat yang memiliki sejarah dan kisah penting di baliknya. Di antaranya Madinah tempat hijrahnya kelak, pohon tempat Nabi Musa AS berteduh ketika dikejar Fir'aun, bukit Tursina, dan tempat kelahiran Nabi Isa di Betlehem.

Setiap selesai melaksanakan shalat sunnah, ketiganya kemudian melanjutkan perjalanan. Di tengah-tengah perjalanan, Nabi SAW melihat sejumlah peristiwa yang mengundang tanya.

Peristiwa itu sejatinya merupakan contoh yang mengajarkan tentang zakat, infaq, larangan berbuat zina, memakan harta riba, fitnah dunia-akhirat, dan lain sebagainya. Ada pula kisah seseorang yang menduakan Allah SWT, dahsyatnya godaan iblis, dan gambaran dunia ketika hari kiamat sudah dekat.

Muhammad SAW lalu melanjutkan perjalanan hingga sampai di Baitul Maqdis di Palestina melalui pintu gerbang Al-Yamani. Rasulullah lalu masuk ke dalam Masjidil Aqsha untuk mengerjakan shalat dua rakaat.

Menurut riwayat Imam Ka'ab, Malaikat Jibril beradzan lalu turunlah seluruh malaikat dari langit secara berbondong-bondong. Allah SWT juga mengumpulkan seluruh nabi dan rasul untuk melaksanakan shalat sunnah berjemaah.

Selanjutnya, Nabi SAW menjadi imam dari seluruh malaikat, nabi, dan rasul. Setelah salam, Jibril memberitahu kepada Rasulullah bahwa orang-orang yang shalat di belakangnya adalah para nabi dan rasul yang diutus Allah SWT.

Setelah itu, Nabi SAW disediakan tangga terbuat dari perak dan emas yang berasal dari Surga Firdaus. Rasulullah pun naik bersama Jibril melalui tangga itu dan sampai di beberapa pintu langit dunia yang disebut Babul Hafadhah.

Keduanya kemudian masuk ke pintu pertama. Di sana Nabi Muhammad SAW bertemu Nabi Adam AS. Dia melihat di sebelah kirinya adalah neraka, sementara sisi kanannya terdapat surga.

Nabi SAW melanjutkan perjalanan dengan memasuki pintu kedua. Setelah masuk ke pintu kedua ini, Nabi SAW bertemu Nabi Isa dan Nabi Yahya yang tampak mengenakan pakaian serupa.

Lalu, Rasulullah SAW menuju pintu langit ketiga dan bertemu Nabi Yusuf AS ditemani sebagian umatnya. Mereka selanjutnya naik lagi ke langit keempat dan bertemu Nabi Idris.

Perjalanan kembali dilanjutkan sampai ke pintu kelima. Di sana keduanya bertemu dengan Nabi Harun AS. Sampai pada langit keenam, Nabi SAW dan Jibril bertemu dengan beberapa nabi dan pengikutnya.

Terdapat nabi tanpa pengikut dan nabi yang memiliki pengikut sedikit. Ada pula satu nabi dengan segerombolan pengikut yang banyak, yakni Musa AS. Setelah itu, Nabi SAW naik ke langit ketujuh lalu bertemu Nabi Ibrahim AS.

Nabi Muhammad kemudian dibawa naik menuju Sidratul Muntaha yang disebut sebagai tempat akhir dari semua amal manusia dari Bumi. Sidratul Muntaha ini juga merupakan tempat takdir-takdir diturunkan dari ketinggian dan berhenti.

Peristiwa Miraj
وَلَقَدۡ رَاٰهُ نَزْلَةً اُخۡرٰى (١٣) عِندَ سِدْرَةِ الۡمُنۡتَهٰى‏ (١٤) عِندَهَا جَنَّةُ الۡمَاۡوٰى (١٥) إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغۡشٰى (١٦) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغٰى‏ (١٧) لَقَدْ رَاٰى مِنْ اٰيٰتِ رَبِّهِ الۡكُبۡرٰى‏ (١٨

Artinya: Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,(13) (yaitu) di Sidratul Muntaha.(14) Di dekatnya ada surga tempat tinggal,(15) (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.(16) Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.(17) Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar.(18) (Q.S An-Najm [53]:13-18)

Rasulullah SAW lalu dihadapkan kepada Allah SWT kemudian dia bersujud. Allah SWT lalu berkata "Dan sesungguhnya Aku mulai hari ini telah memberi mandat kepada seisi langit dan Bumi. Telah Ku wajibkan kepadamu dan kepada umatmu untuk mengerjakan shalat lima puluh kali. Maka kerjakanlah shalat tersebut."

Setelahnya, Nabi Muhammad pun turun dari Sidratul Muntaha dan bertemu dengan Nabi Musa AS. Dia menceritakan kewajiban salat 50 waktu yang diperintahkan Allah SWT kepada umatnya. Nabi Musa as kemudian berkata, "Berkenanlah kiranya engkau untuk kembali ke hadapan Allah dan mintalah keringanan untuk dirimu dan umatmu".

Dengan persetujuan Malaikat Jibril, Nabi SAW kembali ke hadapan Allah SWT kemudian sujud meminta agar diberi keringanan jumlah sholat kepada umatnya. Allah SWT lalu berkata: "Aku kurangi lima untuk umatmu."

Nabi Muhammad SAW kembali turun dan menceritakannya kepada Nabi Musa AS. Namun, Nabi Musa meminta Rasulullah untuk kembali menghadap Allah SWT agar perintah itu diringankan karena umat Nabi Muhammad SAW masih belum mampu mengerjakannya.

Rasulullah pun kembali lagi ke hadapan Allah SWT untuk meminta keringanan. Allah SWT kembali memberikan keringanan dengan mengurangi lima waktu dari sebelumnya. Kemudian, Nabi SAW kembali menghadap ke Nabi Musa AS, namun ia merasa perintah sholat itu masih perlu diringankan.

Setelah itu, Rasulullah kembali menghadap kepada Allah SWT untuk bernegosiasi meminta keringanan lalu kembali menghadap Musa AS. Negosiasi itu dilakukan berkali-kali dengan setiap meminta keringanan, Allah SWT mengurangi lima waktu.

Sampai pada akhirnya, perintah sholat lima puluh waktu diringankan menjadi lima waktu saja. Allah SWT berkata: "Shalat itu kerjakanlah dalam waktu sehari-semalam. Adapun pahalanya setiap satu kali sholat adalah sepuluh kali lipat. Jadi, lima kali shalat itu sama halnya dengan pahala lima puluh kali sholat."

Kemudian turunlah Nabi SAW menemui Nabi Musa AS. Nabi Musa berkata, "Berkenanlah kiranya kamu ya Muhammad untuk kembali lagi ke hadapan Allah, Tuhanmu untuk meminta keringanan. Sesungguhnya umatmu masih belum sanggup untuk mengerjakannya".

Akan tetapi, Nabi Muhammad SAW merasa malu karena sudah bolak-balik meminta keringanan kepada Allah SWT. Oleh karenanya, Rasulullah ikhlas dan ridha dengan perintah sholat lima waktu.

Dengan diterimanya wahyu tersebut, Nabi Muhammad SAW turun kembali ke Bumi untuk menyampaikan perintah sholat. Itulah akhir dari perjalanan Miraj Nabi SAW dari Baitul Maqdis ke langit tertinggi.

Semoga dari peringatan Isra' Mi'raj ini kita dapat mengambil hikmahnya, dan mengevaluasi kadar keimanan kita, terutama dalam pelaksanaan shalat lima waktu. Shalat lima waktu merupakan amalan yang pertama kali akan dihisab di hari kiamat. (Syafi'i/Yus)