Pasuruan, Pojok Kiri
Tiga (tahun) sudah normalisasi Sungai Anak Werati desa Legok kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan sudah dilakukan. Namun, Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan sangat di harapkan. Apalagi peran Kepala desa dan Kepala dusun sebagai garda depan dampak bencana alam sangat di butuhkan.
Musim penghujan saat ini sangat dinantikan oleh banyak orang, terutama bagi petani dan penduduk yang bergantung pada hasil pertanian. Namun, musim hujan juga membawa risiko potensial terhadap bencana banjir dan longsor, terutama di desa Legok yang memiliki beberapa aliran sungai.
Meski sudah dilakukan normalisasi, namun kalau tidak ada perawatan dan pencegahan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko, maka akan sia-sia saja.
Butuh orang-orang yang empati, dan koordinasi yang intens. Bagaimana Kepala desa menggerakkan dan memfungsikan perangkatnya dalam menjaga, melindungi dan melayani masyarakat saat musim hujan yang rawan timbulnya bencana alam.
"Memang ada perasaan resah, selaku kepala desa setiap kali hujan turun, saya selalu mengajak semua Kasun untuk menjaga sungai yang ada di dusunnya masing-masing jangan sampai ada sampah yang menumpuk, "Ungkap Nursalam saat di temui awak media Pojok Kiri, kamis, (22/12/2024) di ruang kerjanya Balai desa Legok.
Diuraikan, bahwa setiap kali hujan turun tumpukan sampah itu justru datang dari atas, padahal sebelumnya sudah kita antisipasi dengan melakukan pembersihan sampah pada tempat-tempat yang rawan penyumbatan di sepanjang sungai oleh Kasun-kasun dan perangkatnya.
"Saya akui, Kasun-Kasun sangat kerja keras di wilayahnya masing masing, untuk membersihkan sampah sampah itu. Terutama di dusun Legok, Ngering, Kebonsari, dan Tempel, yang rawan kotoran sampah, "jelasnya.
Dibandingkan 3 tahun yang lalu Sungai yang semula memiliki lebar 6 meter sampai 7 meter itu, mengalami penyempitan. Hingga menyisakan 2-3 meter. Kondisi itu terjadi, lantaran adanya sendimentasi, sehingga membuat air rentan meluap ketika hujan, memicu banjir di permukiman warga sampai berhari-hari. Dampaknya transportasi terganggu, ekonomi tersendat, kesehatan jadi ancaman, istirahat tidak nyenyak.
Di akui Nur Salam, Setelah dilakukan Normalisasi fungsi sungai kembali seperti sedia kala, dan sangat berdampak sekali, intinya bisa mengurangi untuk volume Banjir yang agak besar, sehingga surutnya yang sebelumnya bisa sampai berhari-hari, kini sambil lalu sudah surut.
Ia menghimbau, Pak Kasun selaku garda depan harus tetap waspada dan siaga di titik kerawanan banjir, khususnya di dusun Legok RT.12. apalagi sampai saat ini meski sudah dilakukan normalisasi di sungai sepanjang jalan Raya Tempel air masih meluap ampai muntah ke jalan raya, dan di timur bundaran Panderejo yang sampai saat ini belum bisa di tangani. Butuh kerjasama semua pihak mulai daerah sampai pusat. Karena di situ ada jalan tol.
Nur Salam mengistilahkan sungai tersebut sebagai sungai penahan air dari beberapa penjuru. Ia tidak bisa membayangkan jika kondisi sungai tersebut kotor. Penuh sampah ditambah dangkal.
"Untuk itu tetap kita jaga kondisi sungai Legok jangan sampai debit air yang bertambah terhalang oleh sumbatan sampah, peran kawil/Kasun selaku garda depan legok. Usai dari hujan tetap kita bersihkan, jangan sampai menumpuk, karena kalau sudah menumpuk susah penanganannya, "pungkasnya. (Syafi'i/Yus).