Pasuruan, Pojok Kiri
Mungkin masih belum lekang dalam ingatan generasi era 70-80 tentang kenangan 35 tahun lalu saat layar tancap masih berjaya. Di lapangan Kejapaan, dan lapangan-lapangan manapun. Bahkan tiap Sabtu malam, tak pernah absen menonton pertunjukan layar tancap.
Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang Ke-78 , warga Dusun Penanggungan RW-24 desa Kejapanan, kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan, Kamis (24/8/2023), bekerjasama Paravan Cinema, Roadshow Bioskop Keliling Universitas Muhammadiyah Malang menggelar layar tancap sebagai wadah kerukunan antar tetangga (RT), sebagai wujud komunitas antar keluarga yg menjadi tetangga dalam satu lingkungan kecil.Rukun walau bagaimana tetap merupakan unsur penting sebagai passion untuk merawat kebhinekaan.
"Rukun merupakan konsep penting di dalam merawat dan menumbuh kembangkan kebhinekaan di Indonesia dan konsep itu ada di Rukun tetangga (RT), dan Rukun warga (RW) sebagai wadah komunitas RT. Sebenarnya Konsep rukun merupakan landasan hakiki bagi berlangsungnya suatu komunitas, termasuk dalam keluarga. Ketidak rukunan membuat kehancuran atau bubrah, dan tatkala terjadi rukun akan dapat menjadikan sejahtera atau santosa. Maka pagelaran layar tancap ini adalah bagian dari menumbuhkan kerukunan dan sebagai ajang silaturrahmi. "Terang Luky ketua RW-24 dusun Penanggungan.
Tontonan film-film pendek, dan jadul yang di gelar parafan cinema bersama Universitas Muhammadiyah Malang mendapatkan apresiasi warga, mereka merasa terhibur apalagi dalam pertunjukan itu ada 6 film yang diputar, yang menarik dalam pertunjukan tersebut sambil nonton film mereka dapat suguhan jajanan pasar dan polo Pendem.
Hadir pada kesempatan tersebut, Anggota DPRD kabupaten Pasuruan Nik Sugiarti, S.T. dari fraksi Golkar, Kepala desa Kejapanan Rendi Saputra, Bhabinkamtibmas, Ketua RW-24 Luky.
Saat ini hiburan apa yang tidak ada, bahkan kita bisa lihat film apapun di HP android, tapi dulu tak banyak hiburan saat itu, layar tancap salah satu paling ditunggu warga tiap malam Minggu. Apalagi kalau yang diputar film dengan aktornya Barry Prima. Rhoma irama Pasti ramai.
Menurut Nik Sugiarti, dulu saat sama-sama nonton bioskop di eranya, menonton layar tancap lebih seru. Digelar di lapangan terbuka, suasanya lebih semarak dengan riuhnya penonton. Tiap adegan seru, penonton menyoraki, menambah atmosfer nonton bareng. Di lokasi, warga saling berinteraksi satu sama lain, berbagi cerita, menambah pertemanan juga. Maka ia sangat mengapresiasi apa yang di gagas oleh warga Kejapanan RW-24.
“Dulu era tahun 1980-an, layar tancap itu jadi hiburan yang paling ditunggu, ” kenangnya.
Pertunjukan layar tancap saat ini, bagi warga dusun Penanggungan RW-24 terasa terhibur, bagi anak anak dan remaja , pertunjukan ini di anggap asing tapi menurutnya menarik untuk di tonton.
Layar Tancap kalau dulu kerap bubar, "Misbar" , gerimis bubar jika hujan tiba-tiba turun, walau film lagi seru-serunya. Maka ada istilah layar tancap adalah bioskop misbar alias gerimis bubar.
Pertunjukan layar tancap juga jadi ajang pedagangan asongan mengais rezeki. Mereka berseliweran di antara kerumunan warga menawarkan beraneka ragam makanan dan minuman ringan. Ada juga yang mangkal di sudut-sudut lapangan atau pinggir jalan. Khasnya lagi, jelang pertunjukan biasanya ada orator keliling kampung mengajak warga meramaikan nonton bareng.
Hal yang sama juga, pertunjukan layar tancap ini bisa jadi berkah tersendiri, karena para UKM penanggungan bisa berjualan di sepanjang jalan.
Usai menonton film ketua RW-24, Luky menyampaikan bahwasannya acara yang di gelar ini penontonnya di persilakan duduk lesehan, sambil menikmati makanan sederhana.
" Yang saya khawatirkan terhadap warga saya, apalagi kondisi jaman semakin lama Semakin canggih, secara otomatis tradisi makin lama makin pudar. "Ucapnya.
Ia berharap dusun Penanggungan bisa jadi percontohan dengan cara menghidupkan pengertian Rukun Tetangga.(Syafi'i/Yus)
