Header Ads Widget

Hosting Unlimited Indonesia

Ticker

6/recent/ticker-posts

Ringin Purba Berdiri Kokoh di Tengah Desa Wonosari, Se-Kokoh Kesetiaan Dayang Sumi Menanti Sang Pangeran.



Pasuruan, Pojok Kiri
 - Di Desa Wonosari , Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Daerah kaki Gunung Penanggungan, merupakan satu -satunya desa yang tidak ada tanda - tanda adanya situs cagar budaya, padahal sekitar desa Wonosari seperti Kepulungan, Ngerong, Sumbersuko, Wonosunyo dan Bulusari , semuanya banyak bertebaran benda benda bersejarah.

Kalau kita berpijak pada prasasti Kisah perjalanan Raden Wijaya dalam prasasti Kudadu, yang dikeluarkan pada tahun 1294. Saat itu Raden Wijaya telah berhasil mengalahkan Prabu Jayakatwang dan mendirikan Kerajaan Majapahit, tapi sebelum itu Raden Wijaya melewati berbagai rintangan dan pertempuran, salahsatunya saat memukul mundur pasukan gelang gelang di barat desa Kepulungan, kalau kita artikan barat desa Kepulungan adalah desa Wonosari.
"Setelah melewati Batang, pasukan Raden Wijaya mengejar musuh hingga sampai di Kapulungan. Terjadilah pertempuran di sebelah barat Kapulungan," Isi prasasti.

Lain sejarah lain juga dengan cerita rakyat. Konon  wilayah Wonosari yang pada waktu itu masih berupa Alas yang penuh dengan pepohonan yang berbunga diantaranya ada pohon yang sangat Besar  tepatnya di Dusun Wonosari. Konon Pohon itu Bisa Menutupi dari Pandangan orang yang mau berbuat malapetaka, sehingga mereka tidak  Bisa Masuk di Wilayah Wonosari Karena secara Ghoib terhalang oleh Pohon Besar itu Tadi. Akhirnya masyarakat setempat sepakat mengabadikan Pohon Besar yang penuh dengan Bunga Indah itu dengan memberi Nama Wonosari yang akhirnya nama tersebut dijadikan nama Dusun sekaligus Nama Desa yaitu Desa Wonosari.

Hal itu di kuatkan oleh cerita rakyat, kisah cinta Sang Pangeran (Adipati Anom) era Mataram Islam yang saat itu  bertandang ke wilayah kadipaten bawahan, sang Pangeran (Adipati Anom) di dalam melakukan perjalanan kerjanya di wilayah desa Wonosari karena menganggap wilayah tersebut sangat mines sekali, ia  mengajak beberapa warga untuk mbabat alas Wonosari untuk di jadikan area pertanian. Tidak hanya mbabat alas, Adipati anompun memberikan berbagai pelajaran kepada penduduk setempat, mulai dari keterampilan, cara berkebun, bercocok tanam dan ilmu pemerintahan. Selama melakukan kegiatan tersebut , sang Adipati Anom di dampingi 5 dayang - dayang dari Wonosari, pada akhirnya salah satu dayang ada yang sangat di sukai Adipati Anom. Salah satu dayang tersebut bernama Dayang Sumi. Parasnya yang cantik, cerdas dan lemah gemulai membuat Adipati Anom terpikat. 


" Menurut cerita, pangeran Mataram (Adipati Anom) saat mbabat alas Wonosari di dampingi dayang-dayang, pada akhirnya sang pangeran ini terpikat atau jatuh hati kepada salah satu dayang tersebut yang bernama Dayang Sumi. " Ungkap Daman Huri Kades Wonosari saat di temui awak media Pojok Kiri di Pasar desa Wonosari, Selasa (31/5/2023).

Namun sang Pangeran harus kembali ke kerajaan,  sebelum kembali, ia berjanji akan kembali lagi untuk mensunting dayang Sumi. Dayung bersambut, Dayang Sumipun setia menunggu, meski cintanya kandas karena faktor kesehatan sehingga dia meninggal.

Meski begitu, tidak hanya dayang Sumi saja yang setia kepada Adipati Anom, karena semasa mereka mendampingi Adipati Anom, mereka banyak mendapatkan berbagai ilmu pemerintahan, pertanian, agama dan sosial. Dari ilmu yang di dapat ke 5 dayang-dayang tersebut menyebar dan menetap untuk membangun peradaban di wilayahnya masing - masing. Dalam perkembangan Muncullah nama - nama dusun di di Wilayah desa Wonosari.

1. Mbah Remah di daerah Talang
2. Mbah Sumi dan Mbah Selang didaerah Wonosari
3. Mbah Sentono ( Lamdawur ) Buyut Nadi di daerah Jlumbang
4. Mbah Derpo, Mbah Sejo, Mbah Pereng, dan  Mbah Niman di daerah Wonolilo.
5. Mbah Kuning dan Ky H. Sukaemi di daerah Karangan.

Dengan terbukanya hutan hasil babatannya mereka mendiami bersama istrinya masing-masing di daerahnya sampai beliau-beliau ini turun temurun hingga saat ini . Sebelum nenek moyang yang pertama kali membabat hutan ini meninggal dunia, mereka sempat berpesan kepada anak cucu yang isi pesannya adalah, “Apabila kelak dikemudian hari daerah ini sudah ramai Supaya diberi nama sesuai dengan tanda-tanda pertama kali yang membabat hutan ini” yaitu :
Talang, Wonosari, Jlumbang, Wonolilo, Karangan. Yang mana mereka ini sampai sekarang  di hormati oleh penduduk yang ditinggalkan dengan cara mengadakan RUWAH DUSUN setiap tahunnya dengan berdo’a dan memohonkan Ampunnan kepada Nenek moyang terdahulu yang telah Meninggal Dunia. 

Meski Adipati Anom lama tidak bertandang ke desa Wonosari, mereka tetap setia dengan menjalankan apa yang menjadi titah Ki Adipati Anom, siapapun pengganti pimpinannya.

" Sampai sekarang, siapapun pimpinannya kalau dia kegawan mahkota raja Ki Adipati Anom Mataram, aura kesetiaan seperti kesetiaan dayang - dayangnya kala itu, selalu setia menjalankan tugas, kegiatan apapun dalam membangun desa Wonosari. " Ucap Salah satu Nara Sumber Warga.

Dalam kurun waktu yang lain, Adipati Anom kembali bertandang ke desa Wonosari, sesampainya di desa Wonosari Sang Pangeran atau Adipati Anom langsung mencari Dayang Sumi. Begitu terkejutnya, sedih, gundah dan merasa kehilangan. Adipati Anom bersimpuh di pusaran Dayang Sumi, Adipati berdoa, supaya almarhom di berikan tempat yang rindang di surga.

Karena merasa bersalah, terlambat menjemput Dayang Sumi untuk di boyong ke-Keraton, Adipati Anom memberi tanda di sebelah pusaran makam dengan menancapkan pohon Ringin Purba. Karena yang di tanam adalah pohon Ringin Purba, meski sudah ratusan tahun Pohon Beringin Purba ini masih berdiri Kokoh , Merindangi, mengayomi makam Dayang Sumi dari berbagai terpaan. 


Terpisah,  Damanhuri kades Wonosari  menggambarkan  desanya seperti desa yang syahdu, karena berada di kaki gunung Penanggungan, "Desa ini kalau di bandingkan dengan desa - desa yang lain di sekitar sini, desa Wonosari ini seperti syahdu, dan Alhamdulillah desa Wonosari ini tertutup, maksudnya tertutup dari musibah. "Ucapnya.

Berikut Para Pemimpin yang selama ini Menjadi Kepala Desa Wonosari antar lain; Joyo Katik menjabat mulai tahun 1934 – 1942; Rejo menjabat mulai tahun 1942 – 1950; Joyo Kabit menjabat mulai tahun 1950 – 1958; Pringgo Tirto menjabat Selama Dua Periode mulai tahun 1958 – 1974; Harnaji Hadi Sutrisno menjabat Selama dua Periode mulai tahun 1974 – 1989; Achmad Sholeh menjabat mulai tahun 1990 – 1999; Sutrisno menjabat Selama dua Periode mulai tahun 1999 – 2013; Daman Huri menjabat mulai tahun 2013 – Sekarang.(Fii/Yus).