Pasuruan, Pojok Kiri
– Bulusari memang banyak dikenal sebagai desa Cungrang, cikal bakal berdirinya kabupaten Pasuruan. Namun Bulusari, juga kaya akan cerita misterius. Bahkan kisah legenda Damarwulan saat di penjarakan di Kunjorowesi oleh Patih logender sangat kental dengan asal muasal Legenda Pohon Bulu. Karena kisah ini tak lepas dari cerita cikal bakal terbentuknya nama desa Bulusari.
Bermula dari penasarannya Slamet Giyanto, Kasun Bulu terkait ada tanah gendom yang berbunyi "Tanah Punden" , akhirnya Slamet Giyanto menulusuri tanah tersebut atas petunjuk Kades Bulusari, ternyata tanah tersebut terletak di tengah-tengah pesawahan dusun Bulu, dan penduduk setempat menamakan tempat tersebut dengan sebutan "Gumuk" atau bukit kecil. Luas tanah tersebut lumayan luas, kurang lebih 20X15.
" Kalau tempat ini dulu menurut cerita-cerita mbah-mbah tempat ini di menamakan Gumuk, dan ada pohon bulu yang sangat besar, "Ucap Slamet.
Berdasar buku krawangan desa yang menyebut tempat tersebut adalah tanah punden Bulu dan kalau kita kaitkan dengan cerita mbah-mbah dan legenda Damarwulan, bisa jadi di tempat inilah cikal bakal terbentuknya desa Bulusari.
"Bisa jadi tempat ini adalah Pundennya desa Bulusari, " Tegas Kasun Blimbing Haji Atim yang di dampingi Kasun Jembrung 1, Kebo Marcuet (Yanto), saat mendampingi Kasun Bulu melakukan tapak tilas.
Di ceritakan saat era kerajaan Mojopahit yang di pimpin era itu sang ratu Kencono Wungu atau Ratu Suhita. Legenda Damarwulan di mulai saat Patih Logender mempunyai satu orang anak perempuan yakni Anjasmara dan dua anak laki-laki kembar, yakni Layangseta dan Layangkumitir. Anjasmara nanti akan menjadi istrinya Damarwulan.
Saat terjadi kemelut antara Majapahit dan Blambangan, Patih Logender secara diam-diam ingin mengambil keuntungan dengan memfitnah Damarwulan karena ingin menjadikan anaknya Layangseto dan Kumitir sebagai raja Majapahit.
Patih logender tau kalau yang bisa mengalahkan minakjinggo adalah Damarwulan, sehingga Damarwulan di dipenjara di kunjorowesi. Ratu Kenconowungu Wungu mencium gelagat jelek patihnya, sehingga sang ratu mengirim punggawa - punggawa (pasukan khusus) dari kerajaan majapahit dibawah pimpinan Ratu Kencana Wungu sendiri, karena Kunjorowesi merupakan daerah perbatasan / garis depan antara kerajaan Blambangan dengan Majapahit yang dibatasi oleh sungai Bangkok tepatnya sungai ini mengalir dari Kepulungan sampai ke Karangrejo dalam wilayah Kecamatan Gempol .
Singkat cerita para punggawa diperintah Ratu Kenconowungu untuk memantau Patih Logender dimana sang Patih memenjarakan, begitu di ketahui keberadaan penjarannya yaitu Kunjorowesi ( yang sekarang ini menjadi Desa Kunjorowesi Kabupaten Mojokerto ).
Supaya misinya berhasil para punggawa yang terdiri dari 5 orang ini berpencar :
1.Mbah Seco di daerah Bulu, 2.Mbah Brojo di daerah Sukci, 3.Mbah Seno di daerah Blimbing, 4.Mbah Samuel di daerah Jurangpelen, 5.Mbah Anggowicono di daerah Jembrung.
Para punggawa ini sepakat apabila mendapat kesulitan agar berkumpul di bawah pohon Bulu . Dikarenakan pohon Bulu ini merupakan pohon Hasta (tinggi), Jadi walaupun hutannya sangat lebat tetapi masih dapat terlihat dari jauh sehingga tidak sampai kehilangan arah.
Hal ini terjadi saat Ratu Kencanawungu membuat suatu sayembara bahwa barang siapa yang dapat mengalahkan Adipati Menakjingga dari Blambangan, akan dijadikannya sebagai suami. Ternyata Damarwulanlah yang berhasil mengalahkannya dengan menggunakan Gada Wesi Kuning. Lalu, dia menikahi Ratu tersebut, sedang Layangseta dan Layang kumitir dikalahkannya dalam perang tanding memperebutkan kedudukan sebagai Raja Majapahit.
Punggawa-punggawa ini sampai sekarang saja di hormati oleh penduduk yang ditinggalkan dengan cara mengadakan RUWAH DUSUN setiap tahunnya ditempat beliau-beliu ini dimakamkan .
Di Gumuk yang saat ini di percaya merupakan tempat berkumpulnya para punggawa Mojopahit berkumpul, dulu selalu di jadikan tempat ruwah desa, namun dalam perkembangan jaman tempat tersebut jadi pesawahan.
" Menurut cerita leluhur tempat ini dulu selalu di jadikan area ruah deso, " Ucap Kasun Bulu, Slamet Giyanto.
Sedangkan anak cucu yang ditinggalkan semakin bertambah banyak , tepatnnya pada jaman penjajahan belanda telah ditetapkan setiap kelompok ini harus ada yang menjadi pemimpin / atau Kepala desa , dan terjadilah pembagian wilayah ini yang di pimpin oleh beberapa kepala desa antar lain :
1. Bendomungal yang mejadi Kepala Desa adalah Pak. Tamun
2. Jatipentongan yang menjadi Kepala Desa adalah Pak. Jatiredjo
3. Jurangpelen yang menjadi Kepala Desa adalah Pak. Samu
4. Sumberpandan yang menjadi Kepala Desa adalah Pak. Ponirah
5. Jembrung yang menjadi Kepala Desa adalah Pak. Dono
6. Blimbing yang menjadsi Kepala Desa adalah Pak. Dasuki
7. Sukci yang menjadi Kepala Desa adalah Pak. Sena
8. Bulu yang menjadi Kepala Desa adalah Pak. Wongsoredjo
Beliau-beliau ini menjabat tahun 1899 – 1923 , yang mana sebagai pusat pemerintahan Kecamatannya di Kepulungan (yang sekarang menjadi desa Kepulungan), Sedangkan Gempol adalah sebagai Kawedanan pada waktu itu .
Dengan adanya pembaharuan lagi tentang wilayah yaitu pusat pemerintahan Kecamatan di Gempol sampai dengan sekarang Sedangkan Kawedanan ikut Pandaan.secara ringkas yang menjadi Kepala Desa Bulu pada periode sampai saat ini adalah :
A. Djojosudarso menjabat mulai tahun 1923 – 1932
B. Deromoyudo menjabat mulai tahun 1932 – 1941
C. K. Kerto Atmodjo menjabat mulai tahun 1941 – 1980
D. Kardi ( Kades PJ ) menjabat mulai tahun 1980 – 1985
E. Prapto ( Kades PJ ) menjabat mulai tahun 1985 – 1986
F. Yasin ( Kades PJ ) menjabat mulai tahun 1986 – 1989
G. H. M. Thohir menjabat mulai tahun 1989 – 2007
H.Yudono menjabat mulai tahun 2007
I. Sekarang di Jabat oleh Hj Siti Nurhayati.
Anak Cucu secara turun temurun yang ditinggal ini masih ingat akan cerita dari orang-orang tua mereka bahwa sebagai tanda kesepakatan mereka adalah pohon BULU yang sampai akhirnya dari beberapa Kepala Desa di ringkas menjadi satu Kepala Desa yang tepatnya di BULU juga , maka pada perubahan yang terakhir ini seluruh masyarakat sepakat untuk manamakan “ DESA BULUSARI “ yang artinya :
BULU : Pohon yang besar dan rimbun untuk berlindung
SARI : Aman dan Tentram ( dalam bahasa jawanya Tentrem Ayem )(FII/Yus).