Header Ads Widget

Hosting Unlimited Indonesia

Ticker

6/recent/ticker-posts

Drama Kontemporer Budaya Cungrang, Sabdo Ratu Ayu Kencono Wungu



Pasuruan, Pojok Kiri
Pokdarwis adalah kelompok yang bergerak secara swadaya artinya pengembangan kepariwisataan yang dilakukan di desa itu bersumber dari kekuatan desa sendiri dengan segala potensinya. Pokdarwis juga harus membangun dirinya secara swakarsa alias menciptakan pengembangan berdasar potensi kreativitas yang mereka miliki karena merekalah yang memiliki kuasa atas pengembangan desa dengan segala sumber daya yang mereka miliki.

Seperti apa yang di lakukan Pokdarwis desa Bulusari, mereka menggali potensi-potensi asli desa di semua dusun Yang ada di desa Bulusari, dimulai dengan sejarah Cungrang dan babat alas Desa Bulusari ditemukan peletak dasar budaya di era Mojopahit, yang mana para punggawa Damarwulan : 1. Mbah Seco di daerah Bulu
2. Mbah Brojo di daerah Sukci
3. Mbah Seno di daerah Blimbing
4. Mbah Samuel di daerah Jurangpelen
5. Mbah Anggowicono di daerah Jembrung.

Dalam perkembangan nenek moyang yang pertama kali membabat hutan ini meninggal dunia,mereka sempat berpesan kepada anak cucu yang isi pesannya adalah “Apabila kelak dikemudian hari daerah ini sudah ramai agar diberi nama sesuai dengan tanda-tanda pertama kali membabat hutan ini” yaitu :
1. Bendomungal
2. Jatipentongan
3. Jurangpelen
4. Sumberpandan
5. Jembrung
6. Blimbing
7. Sukci
8. Bulu
Yang mana beliu-beliau ini sampai sekarang saja di hormati oleh penduduk yang ditinggalkan dengan cara mengadakan RUWAH DUSUN setiap tahunnya ditempat beliau-beliu ini dimakamkan .

Berangkat dari profil Babat Bulusari ini, Pokdarwis Bulusari tidak mau nilai nilai budaya leluhur pudar begitu saja seiring perubahan jaman. Menumbuhkan rasa cinta, melestarikan dan membangkitkan budaya desa Bulusari sebagai cikal bakal peradaban di desa bahkan kabupaten Pasuruan. Pokdarwispun sepakat mengadakan Iven Budaya Cunggrang, dengan menampilkan pagelaran kekayaan budaya Bulusari, Tarian dari sanggar Bulusari,Penampilan Padepokan Silat Pagarnusa, penampilan perguruan taekwondo yang kesemuanya di iringi gamelan Gubuk Mandala Perkusi (GMP) dari dusun jembrung 1.

Tidak hanya itu penampilan Drama Kolosal yang berjudul "Sabdo Ratu Ayu Kencono Wungu" yang pemainnya dari semua unsur seniman desa Bulusari, memukau penonton yang melihatnya, tak kalah hebatnya dengan penampilan tingkat nasional.

Dalam lakon Sabdo Ratu Ayu Kencono Wungu, ratu Mojopahit. Menceritakan bagaimana kerajaan Mojopahit lepas dari rongrongan para begundal -begundal kadipaten bawahan mojopahit yang ingin merebut kekuasaan raja.


Menurut sejarah, kejayaan dari kerajaan Majapahit tidak pernah terlepas dari peran seorang perempuan.

Setelah, Tribhuana Tungga Dewi berhasil menunjukan kepiawaiannya dalam memimpin kerjaan Majapahit yang digurui langsung dengan sang ibu, Gayatri, kerajaan Majapahit masih memiliki perempuan lainnnya yang berhasil membawa Majapahit dalam kemajuan.

Perempuan tersebut adalah Ratu Ayu Kencana Wungu atau Dyah Suhita, di dalam drama di perenkan oleh Helen selaku guru sanggar tari Bulusari.

Ratu Ayu kencana menguasai kerajaan Majapahit dan memegang kendali sebagai pemimpin ke-16 kerajaan pada usianya yang sangat muda yaitu 20 tahun.

Ratu Ayu Kencana Wungu disebut-sebut berhasil membawa kemajuan kerajaan Majapahit setelah kerajaan tersebut mengalami kemunduran karena sehabis berperang, terserang wabah penyakit, dan juga kelaparan.

Pada masa pemerintahannya, Ratu Ayu Kencana juga terkenal dengan menghidupkan kembali kearifan lokal dengan membangun candi-candi.

Kisah Ratu Ayu Kencana Wungu juga tidak terlepas dari cerita legenda Ratu Kencono wungu dan Damarwulan, dalam drama tersebut di perankan oleh Septian.

Dahulu kerajaan Majapahit terbagi menjadi dua bagian yaitu Keraton Brangwetan dan keraton Brangkulon.

Kerajaan Brangwetan saat itu dikuasai oleh Minak Jinggo atau Joko Umbaran (Bagus /unsur Pagarnusa) yang ternyata pada sebelumnya memiliki janji dengan ayah dari Ratu Ayah Kencana Wungu.

Dulu sebelum keraton Brangwetan di bawahi oleh Joko Umbaran , ternyata ayah Ratu Ayu Kencana Wungu telah membuat sayembara sebagai taktik untuk mempertahankan keraton Brangkulon yang dimana ternyata terdapat perang saudara yang ingin saling menjatuhkan satu sama lain.

Untuk mempertahankan keratonnya, ayah dari Ratu Ayu Kencana Wungu membuat sayembara yang berisikan siapa yang berhasil mengalahkan Kebo Mercuet , yang di perankanYanto Kasun Jembrung 1, adipati yang saat itu menguasai keraton Brangwetan, maka nantinya akan dinikahkan oleh putrinya yaitu Ratu Ayu Kencana Wungu dan diberikan kekuasaan atas keraton Brangwetan.

Saat itu akhirnya Joko Umbaran berhasil mengalahkan Kebo Mercuet dan mendapatkan kekuasaan atas keraton Brangwetan.

Suatu ketika, Joko Umbaran mendatangi ayah Ratu Ayu kencana Wungu dan menagih janjinya untuk dinikahkan. Tetapi, ayah dari Ratu Ayu Kencana Wungu meminta bersabar mengingat usia ratu saat itu masih sangat muda.

Waktu terus berlalu, Ratu Ayu Kencana Wungu telah tumbuh menjadi perempuan cantik dan bisa dikatakan sudah cukup dewasa.

Joko Umbaran langsung mendatanginya dan menagih janjinya pada Ratu Ayu Kencana Wungu, tetapi perempuan itu menolak lantaran menganggap perjanjian itu tidak sah karena tidak melibatkan dirinya secara langsung dan perjanjian itu merupakan perjanjian Joko Umbaran dengan ayahnya, bukan dirinya.

Joko Umbaran tidak terima, begitu juga dengan Ratu Ayu Kencana Wungu.

Untuk menjegal niatan Joko Umbaran yang ingin menikahinya, Ratu Ayu Kencana Wungu kembali membuat sayembara.

Sayembara tersebut berisikan siapa yang berhasil mengalahkan Joko Umbaran, maka akan dijadikannya sebagai seorang pendamping.

Saat itu, datanglah seorang pemuda yang bernama Damarwulan, dengan pergelutan yang sengit akhirnya Joko umbaran kalah karena nafsunya oleh Damarwulan, Dan Joko Umbaran berhasil memenangkan sayembara.


Dari kemenangan sayembara tersebut, Damarwulan akhirnya menikahi Ratu Ayu Kencana Wungu. Damarwulan pun di jumenengke dadi Roji mendampingi Prameswari.
Sabdo Ratu Ayu Kencono Wungu, " Kanti sesanti Joyo Joyo Wijayanti, Lir ing sambi kolo, rahayu-rahayu sakdunengdumadi.

Penampilan yang sangat memukau membuat takjub semua pihak, penampilan lefel desa bisa setara Iven nasional, penpilannya yang runtut, dengan iringan musik yang pas, menarik di lihat.

"Even budaya itu maksudnya untuk mengangkat Budaya apa saja yang ada di desa Bulusari. Rencananya akan ditonjolkan apa yang di punya desa Bulusari. "Ucap Ketua Panitia pada awak media Pojok Kiri.

Desa Bulusari yang selama ini memiliki potensi yang lebih kita rangkum jadi satu dalam even Budaya Cungrang , sebagai pembukaan pertama kali.

"Pada dasarnya kita mengadakan Iven ini awalnya kita melihat potensi di desa Bulusari ini, bidang tari, olahraga, silat dan gamelan. " Tutur Ibu Kades.

Seiring dengan berjalannya waktu kalau kita diam akhirnya Seni itu akan tenggelam dengan sendirinya tanpa ada yang memfasilitasi mangkanya pada Iven itu juga mengundang pihak Pemerintah Daerah, mulai DPRD kabupaten Pasuruan yang hadir justru HM. Sudiono Fauzan dan Samsul Hidayat, dari dinas: Dispora, Dispendik, ataupun Dinas Pariwisata.

Tujuannya adalah anak anak yang tampil ini bisa mendapatkan sertifikat, dia disekolahkan yang namanya Japes, untuk biasiswa bagi atlit (anak sekolah tujuannya untuk itu), biar ada tempat untuk memfasilitasi dan ada yang memfasilitasi.

Karena menurut Bu Kades selama ini hanya sekedar latihan latihan dan latihan, tanpa ada yang memfasilitasi lama-lama yaa bosan yang pada akhirnya kurang peminat.

" Karena selama ini kurang terhadap Seni dan budaya di Pasuruan, khususnya desa Bulusari.Coba kalau mereka itu yang sudah berupaya berlatih dan bisa kita kasi penghargaan atau pengakuan dari instansi atau lembaga resmi pemerintah, dia akan semangat menuju jenjang lebih atas.

Disamping mempunyai program Jogo Bulusari. Dengan maraknya perselisihan perguruan yang ramai diperbincangkan diluar. Kalau di Bulusari ada tekwondo dan silat pagarnusa. Dimulai dari desa Bulusari supaya jadi pilot projek (percontohan), Insya Allah bisa berkembang kedesa desa yang lain. Itu adalah program dari Pagarnusa dan taekwondo di desa Bulusari.

" Kita sudah koordinasi dengan Bimas Polres, untuk pailot projeknya itu di desa Bulusari. "Ucapnya.

Masih menurut Siti Nurhayati, "Iven ini bukan akhir, tapi awal, insya Allah setiap bulan nantik akan kita adakan, karena mereka ini setiap hari latihan disini, tinggal kita konsep, atau atau tidak ada penontonnya tetap jalan.


Teman teman panitia ini berangkat dari hari nurani.
"Tujuan kita disini membentuk generasi kita biar tidak hanyut dan jalan dengan teknologi yang menyesatkan.

" Anak anak kita wadahi bagaimana berorganisasi, kita sibukkan dengan kegiatan kreatifitas nyata, supaya lupa minimal berkurang untuk bermain gejed (game) karena selama ini mereka terlalu berlebihan.minimal tersita waktunya untuk bermain dengan kegiatan kegiatan lain.

Membentuk manusia yang punya jiwa sosial yang sangat tinggi untuk berkelompok atau memadukan untuk berkreasi bersama.(FII/yus)