Header Ads Widget

Hosting Unlimited Indonesia

Ticker

6/recent/ticker-posts

Misteri Wisata Transit Sumber Air Panas Wong Pulungan

Gunung Penanggungan dan Gunung Semeru Cikal Bakal Negerinya Para Dewa

Pasuruan, Pojok Kiri
Misteri Wisata Transit Sumber Air Panas Wong Pulungan sebagai  Pintu Gerbang Gunung Pawitra Negeri Aryapada semakin terkuak dengan ditemukannya artefak yang di duga sebagai Bak mandi  yang terbuat dari batu andesit .

Banyak pengunjung Wisata Transit Sumber Air Panas semakin penasaran, ada misteri apa di desa Kepulungan, peradapan apa yang pernah tinggal di desa Kepulungan ?

Ada yang mengatakan kalau temuan yang di duga bak mandi tersebut ternyata Sarkofagus (tempat penyimpanan mayat) yang mana Sarkofagus ini di duga peningalan Masa praaksara , sebuah masa di mana manusia belum mengenal tulisan. Masa ini ditandai dengan manusia yang masih menggunakan batu dan logam sebagai teknologinya kala itu. Jadi, masa praaksara terbagi menjadi ke dalam dua zaman, yaitu zaman batu dan juga zaman logam.

Sarkofagus merupakan kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang umumnya terdapat tonjolan pada ujungnya.

Mari kita ungkap dari tempat dimana di temukannya artefak tersebut, saat itu ketiga situs batu tersebut berada di tumpukan sampah yang berada di sebelah sendang air panas, Dusun Arcopodo RT. 01 RW 03 desa Kepulungan Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan. Sabtu, ( 13/8/2022).

Nama Arcopodo ternyata tidak hanya ada di desa Kepulungan, tapi juga ada  wilayah Gunung Semeru bahkan sampai saat ini masih   menjadi misteri, terutama bagi para pendaki Semeru. 

Apa hubungan Arcopodo di Desa Kepulungan dengan Arcopodo di Gunung Semeri. 

Dikutip dari  kitab Tantu Panggelaran terdapat mitos yang menyebut bahwa Gunung Semeru adalah bagian dari Gunung Meru yang berada di India.

Diceritakan bahwa bagian puncak Gunung Meru dibawa oleh Dewa Brahma dan Dewa Wisnu ke Tanah Jawa. Tujuannya agar menjadi pasak bumi.

Merujuk pada naskah Jawa abad ke-16, Tantu Panggelaran—ada yang menyebut juga Tantu Pagelaran—, Denys Lombard dalam buku jilid ketiga Nusa Jawa: Silang Budaya, Warisan Kerajaan-kerjaan Konsentris mengutip kisah Bhatara Guru (Siva atau Shiwa) yang bertapa di Gunung Dieng.

Dalam semedinya, Bhatara Guru meminta kepada Dewa Brahma dan Dewa Wisnu agar Pulau Jawa diberi penghuni.

Atas permintaan itu, Dewa Brahma mencipta kaum lelaki dan Wisnu mencipta perempuan.


Kitab Tantu Pagelaran peninggalan Kerajaan Majapahit menyebutkan bahwa Bhatara Guru memerintahkan Dewa Wisnu untuk mengisi Pulau Jawa dengan manusia.

Tak berhenti di situ, para dewa pun memutuskan untuk tinggal di Pulau Jawa dengan sekalian memindahkan Gunung Meru — salah satu penamaan untuk Gunung Semeru — dari Negeri Jambudvipa alias India.

Sejak itu, Tanah Jawa menjadi bumi kesayangan para dewata.
Diceritakan, saat itu Pulau Jawa masih terombang-ambing dan terus berguncang karena mengambang di lautan luas. Hal tersebut membuat para dewa memutuskan memaku Pulau Jawa dengan gunung sebagai paku bumi.

Awalnya gunung tersebut diletakkan di bagian barat, tapi hal tersebut membuat bagian timur Pulau Jawa terangkat, kemudian gunung dipindahkan ke bagian timur.

Sayangnya, ketika dibawa ke arah timur, serpihan gunung tercecer, mengakibatkan terjadinya jajaran pegunungan di Pulau Jawa memanjang dari barat ke timur.

Walaupun sudah dipindahkan ke timur, Pulau Jawa tetap miring.

Para dewa pun memutuskan memotong sebagian gunung kemudian menempatkannya di bagian barat laut yang kemudian menjadi Gunung Penanggungan.

Bagian utama gunung Mahameru yang konon menjadi tempat bersemayamnya Dewa Shiwa, kini lebih dikenal sebagai gunung Semeru.

Gunung Semeru juga disebut sebagai pinkalalingganingbhuwana yakni lingga bagi dunia.

Untuk memperindah pertapaannya, Dewa Siwa membuat sebuah danau untuk pemandian yang kemudian diduga berwujud Ranu Kumbolo.

Dari uraian sejarah mitos tersebut bisa disimpulkan bahwa Antara Gunung Semeru dan gunung Penanggungan ada kaitan erat, merupakan gunung tempat bermukimnya para dewa.  (Fii/Yus/ Berlanjut)