Header Ads Widget

Hosting Unlimited Indonesia

Ticker

6/recent/ticker-posts

Ini Alasan Sebagian Masyarakat Pilih Berobat ke Malaysia dan Singapura


Singky Soewadji bersama keluarga persiapan bertolak ke Kuala Lumpur Malaysia melalui bandara Juanda, Jumat 17 Juni 2022.(dok pribadi)

Surabaya, Pojok Kiri
Malaysia dan Singapura dalam beberapa tahun terakhir menjadi pilihan sebagian masyarakat Indonesia untuk berobat. Singky Soewadji, warga Kota Surabaya yang rutin mengantar istrinya berobat ke negeri Jiran Malaysia dan Singapura menuturkan alasan dan pengalamannya memilih pengobatan di Rumah Sakit (RS) luar negeri daripada RS dalam negeri.

“Lebih mahal karena kurs. Tapi secara keseluruhan jadi lebih murah,” ungkap Singky panggilan karibnya kepada Pojok Kiri, Minggu (19/6/2022).

Singky menambahkan perawatan kelas 3 pada RS di Indonesia untuk pasien tidak mampu. Sedangkan di Malaysia dan Singapura menurut Singky, perawatan kelas 3 dipilih supaya banyak teman dan tidak sendirian.

“Kualitas pelayanan tidak ada beda antara kelas 1, 2 maupun kelas 3,” imbuhnya.

Lebih lanjut Singky menerangkan jangankan operasi, untuk obat saja di RS Singapura dan Malaysia diberikan sangat terbatas dan memang dibutuhkan. Itupun kata Singky, pasien tidak harus beli satu boks obat yang biasanya berisi 10 sampai 20 butir.

“Kalau cuma dibutuhkan dua butir, pasien cukup beli dua butir. Kalau di Indonesia sampai urusan vitamin yang tidak perlu juga diwajibkan beli,” sentilnya.

Di RS Indonesia menurutnya, pasien rawat inap ditanya siapa yang jaga dan ada jasa suster jaga. Tetapi pada RS di Singapura dan Malaysia, Singky menjelaskan pasien rawat inap menjadi tanggungan RS.

Selain itu, pasien pasca operasi di RS Singapura dan Malaysia kata Singky bila dianggap sehat langsung disuruh kembali ke kamar biasa. Sedangkan di RS Indonesia menurut Singky, pasien pasca operasi pasti dirujuk ke ICU.

Pasien yang dianggap sudah tidak bermasalah sambung Singky di RS Singapura dan Malaysia diwajibkan segera pulang, baru esok kembali lagi untuk observasi. Sementara RS di Indonesia menurutnya pasien yang dinyatakan sudah sehat harus menginap sampai dokter datang observasi.

“Itulah sejumlah alasan saya lebih mempercayai pengobatan di luar negeri daripada di dalam negeri. Bukan tidak nasionalis, tapi ini menyangkut rasa kepercayaan saya kepada RS di luar negeri lebih tinggi ketimbang RS di dalam negeri,” tutupnya. (Yud)