Pasuruan, Pojok Kiri
Peningkatan jalan wisata Tosari-Gunung Bromo masih berlangsung lambat. Hingga saat ini, peningkatan jalan senilai Rp 16 miliar itu baru terselesaikan 39 persen. Pencapaian tersebut belum sesuai rencana. Seharusnya progres di minggu ke-15 ini mencapai 46 persen. Namun, di lapangan prosesnya lambat. Kepala Bidang Perencanaan di Dinas PU Bina Marga Kabupaten Pasuruan Listiani menjelaskan, penanganan jalan di Tosari menuju Gunung Bromo memang tak mudah. Jalur yang menanjak membuat pengangkutan material tak bisa maksimal. Kondisi ini yang membuat peningkatan jalan tersebut jadi lambat. Seharusnya, sudah terselesaikan 46 persen. Namun, sejauh ini baru 39 persen. Rabu (18/8)
“Medannya menanjak tajam. Dampaknya, pengangkutan material tidak bisa maksimal seperti di jalur datar. Sopir dan kendaraan material yang dipakai harus benar-benar dalam keadaan baik. Ini yang membuat peningkatan jalan menuju Gunung Bromo ini terkendala,” kata Listiani. Meski begitu, waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan terbilang masih panjang. Masih ada waktu tiga bulan untuk mengejar kekurangan sampai November nanti.
“Waktunya masih cukup panjang. Kami optimistis bisa menyelesaikan,” bebernya. Peningkatan jalur wisata Gunung Bromo itu sendiri merupakan lanjutan dari Program Hibah Jalan Daerah (PHJD). Sebelumnya, Pemkab Pasuruan sudah dua kali memperoleh supportbantuan yang sama dari pusat. Dimulai tahun 2019, pemkab mendapat bantuan dana hibah dari Australia sebesar Rp 22 miliar. Anggaran tersebut untuk peningkatan beberapa ruas menuju jalan Gunung Bromo. Salah satunya, Tutur-Ngadirejo. Support tersebut berlanjut pada 2020, sebesar Rp 21 miliar. Dana itu untuk melanjutkan peningkatan jalan sebelumnya. Dari Ngadiwono menuju Tosari. Sedangkan tahun 2021, merupakan support bantuan terakhir PHJD. Dana sebesar Rp 16 miliar dialokasikan untuk melanjutkan penanganan jalan Tosari menuju lautan pasir Gunung Bromo.(ris)
