Pasuruan, Pojok Kiri.
Demi mengembangkan perekomomian di wilayah Gempol Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Pasuruan, membangun salah satu gedung yang di sebut Gedung PIA, dan gedung tersebut menelan biaya kurang lebih 2,7 Milyard, angka yang tidak sedikit tentunya, bangunan gedung pia di bangun 2 tahap, tahap pertama di tahun 2017 dengan anggaran 1,1 Milyard (untuk bangunan bawah) dan tahap ke dua dibangun di tahun 2019 dengan anggaran 1,6 Milyard (untuk bangunan atas).
Kondisi gedung sentra pia kali ini cukup memprihatinkan di samping tidak ada satu pun pedagang yang mangkal di tempat tersebut, kondisi bangunan sangat kotor tidak ada yang merawat, debu berserakan di lantai dua tampak terlihat jelas bahkan ada salah satu cendele kaca yang pecah juga di biarkan begitu saja, bagaimana tamggung jawab Disperindag bisa membangun, menghambur-hamburkan uang rakyat namun tidak ada tanggung jawab,
Gedung sentra pia berdiri di atas tanah TKD (Tanah Kas Desa) Desa Kejapanan, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, tentunya menjadi tanggung jawab bersama antara Disperindag dan Kepala Desa Kejapanan, sayangnya sang kepala desa Randi Saputra waktu di hubungi media Pojok Kiri dengan nada masuk namun dia tidak mau mengangkatnya, apakah Randi Saputra mau lari dari tanggung jawanya.
Gedung yang sudah terbangun tampak mewah 2 lantai dan berdiri di pinggir jalan exit tol tersebut tidak berjalan mulus, dan mestinya ada upaya dan usaha untuk mencari solusi agar gedung tersebut exis, hal ini biasanya dilakukan oleh setiap pengusaha namun hal ini tidak berlaku bagi Randi Saputra dan Disperindag, sudah jelas-jelas gedung pia tersebut tidak produktif kenapa Kades Randi Saputra membangun lapak di sebelah kanan kirinya, dan sekarang mangkrak terbengkelai, mestinya Kades Randi Saputra ikut programnya pegadaian "Mengatasi Masalah Tanpa Masalah" Bukan sudah bermasalah nambah masalah,
Menurut informasi yang dihimpun oleh media Pojok Kiri Tempat tersebut sudah di hibahkan ke kelompok masyarakat (pokmas) untuk di pergunakan sebagai pengembangan usaha namun sepertinya tidak seperti yang di bayangkam bisa membalikkan telapak tangan, bahwa ada pengunjung dari wisata yang datang faktanya sangat memprihatinkan sepi mamri kayak kuburan. (Ony). Bersambung.......