Header Ads Widget

Hosting Unlimited Indonesia

Ticker

6/recent/ticker-posts

Waliyah Mbah Putri Cempo, Penyebar Agama Islam di Pasuruan Barat.



Pasuruan, Pojok Kiri
Tidak hanya laki-laki, ada beberapa wali Allah wali yang bergender perempuan. Meskipun jumlahnya tidak sebanyak laki-laki namun keberadaan wali perempuan menunjukkan kesetaraan perempuan dalam hal gender.

Wali perempuan yang banyak kita mendengar kisahnya adalah Rabiah Al Adawiyah dengan mahabbahnya kepada Allah dan karomah yang dianugrahkan kepadanya.

Penyebaran Islam di Pulau Jawa, khususnya di Pasuruan wilayah barat tidak terlepas dari peranan wali-wali Allah. Dengan berbagai cara mereka menyebarkan ajaran Islam, seperti lewat kebudayaan maupun lewat pendidikan. Namun, ada seorang waliyah yang juga turut menyebarkan Islam di Pasuruan dan sekitarnya, khususnya di desa Kejapanan kecamatan Gempol.

Dia dikenal sebagai Waliyah Mbah Putri Cempo. Ia merupakan satu-satunya perempuan yang dianggap wali di kecamatan Gempol Pasuruan. Dia menjadi salah satu pendakwah yang menyebarkan Islam, letak makamnya berada di area Masjid Usisa  Alat Taqwa, dusun Melikan desa Kejapanan Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan. Lebih tepatnya makam tersebut beralamat di dusun "Kauman" desa Kejapanan. Dalam perkembangannya dusun Kauman lebur menjadi dusun Melikan.

Awak media Pojok Kiri mencoba jauh menggali sejarah, !!! Apa hubungannya Makam Mbah Putri Cempo dengan nama Dusun Kauman tempo itu.!!?

Nama Kauman atau Pekauman adalah sebutan untuk kompleks atau area tempat tinggal para kaum beserta keluarga dan murid-muridnya pada era kesultanan jawa. Kata kaum berasal dari bahasa Arab. Ada yang berpendapat asalnya adalah kata qaum, ada pula yang berpendapat berasal dari kata qaimuddin. Yang jelas istilah kaum dipakai untuk merujuk kalangan agamawan (meliputi penasihat agama sultan, ulama, imam-imam, pengurus masjid, santri, dll.), Ada pula yang mengatakan, nama Kauman berasal dari kata Kaum yang berarti sekelompok orang dan kata Iman, berawal dari komunitas santri itulah kemudian terlontar kata Kaum Iman yang kemudian menyingkat secara pelafalan menjadi Kauman.

Dari berbagai sumber dan ciri-cirinya, bisa di pastikan  nama dusun Kauman dan Nama Mbah Putri Cempo bisa jadi saling berkaitan.

Salah satu Takmir Masjid
Usisa  Alat Taqwa, Ust.Prapto mengungkapkan bahwasannya sebelum ada masjid, makam itu sudah ada, selain makam Mbah Putri Cempo ada 7 makam santri-santrinya, bahkan makamnya panjang - panjang.


" Sejarahnya sebelum ada masjid ini sudah ada makam ini. Saat itu masih dalam bentuk langgar panggung oleh pengurus NU desa Kejapanan saat itu, Aba Taslim (alm), Aba Tohir (alm), sekitar tahun 1970, di bangun masjid. Konon langgar panggung ini sudah ada di era Mbah putri Cempo, bahkan menurut cerita  yang sering berjiaroh ke makam adalah ulama kharismatik dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di Jawa Timur, Agoes Ali Masyhuri atau Gus Ali, untuk berihtiar, saksinya Aba Hasyim (alm) yang pernah menceritakan kepada saya, "Ungkap Ust. Prapto.

Lebih lanjut Ust. Prapto juga menceritakan saat dirinya jadi pengurus Masjid (Remas), mengundang Gus Ali.

" Sekitaran tahun 1986, saya masih duduk di bangku sekola SMA, saat saya jadi Remas mengundang Agoes Ali Masyhuri atau Gus Ali dari Tulangan Sidoarjo. Beliau mau melakukan tahlil di makam Mbah Putri Cempo, kelihatan makam ini tampak kumuh banyak barang berserakan, bahkan seperti gudang, sontak Gus Ali marah, saya di panggil, "kenapa semua barang ditumpuk di sini, jangan sampai ada di sini lagi, "bersihkan", ini makam Waliyulloh, makam yang penuh dengan kewalian. Singkat cerita saya di kasi tugas dalam kurun waktu satu Minggu untuk membersihkan makam dan magar. "Tambahnya.

Dalam perjalanannya saat proses membuat pagar makam, Ust Prapto mengalami keanehan karena lambatnya pembangunan, sehingga maisan di rusak orang gila 

" Seiring perjalanan waktu saat saya melakukan pembuatan pagar makam, saya lalai, semestinya harus segera saya selesaikan magar tidak saya selesaikan, akhirnya maisan makam di otak-otak (dirusak) orang gila sampai patah. Bagi saya ini berarti  peringatan untuk segera diselesaikan, yaa sampai sekarang wujut pagar itu. " Terangnya.

Bahkan menurut cerita, konon makam Mbah putri Cempo ini tidak mau di payoni (di kasi atap).

" Setiap kali di payoni, payonnya tau-tau minggir dan tertata rapi. "Ujar Prapto.

Prapto juga berharap Makam Aulia Mbah Putri Cempo  yang berlokasi di dalam  Masjid Usisa Alataqwa kedepan bisa jadi Kawasan Wisata Religi, apa lagi saat ini ada warga yang mewakofkan tanah rumahnya untuk akses ke Makam Mbah Putri.


"Makam Mbah Putri Cempo ini tidak bisa tampak dari jalan raya, karena terhalang rumah warga, tapi saat ini setelah  tanah rumahnya Haji Mas'udi sebelum almarhum, beliau mewakofkan untuk jalan makam Mbah Putri. " Terangnya.

Menurutnya bangunan rumah dengan lebar tanah 10 X 20 tersebut di wakofkan oleh Haji Mas'udi melalui ikrar wakaf kepada Masjid Usisa Alatakwa.

"Setelah ada proses wakof , karena saya panitia pembangunan, bangunan saya ratakan sehingga makam Mbah Putri Cempo sekarang tampak dari Jalan Raya Melik'an, "tambahnya.

Lebih lanjut setelah Haji Mas'udi mewakofkan tanahnya, adiknya menjual sedikit tanah pekarangan  belakang rumahnya yang di jual Rp. 50juta dan yang Rp. 10juta di sedekahkan untuk masjid, jadi pihak masjid hanya bayar Rp. 40juta. Belum sampai di bayar oleh Masjid, Haji Yuyud putra almarhum Haji Tohir bilang, " Masjid jangan mengeluarka uang, biar saya yang beli. Jadi yang 30 juta di bayar Haji Yuyud, yang 10 di tutup adiknya Haji Mas'udi. Jadi lunas.  

Tidak tau lagi nanti kalau membangun, sampai saat ini Takmir Masjid Usisa  Alat Taqwa sudah mendapatkan dana kurang lebih Rp. 15juta.  

" Rencana depan ini kanan kiri kita tembok dengan ornamen taman, dan depan kita bangunkan gapura era jaman Mojopahit. "Pungkas Prapto. (Fii/Yus).