Pasuruan Pojok Kiri
Warga Dusun Jurangpelen Desa Bulusari Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan, Tengah Malam di Ajak Manusia berjubah ke Makam Wali di dalam hutan Mente yang diduga area pemakaman tua ratusan tahun takterawat, Terletak di puncak bukit Dusun Jurang Pelen Gunung Prahu.
Penemuan bermula ketika sekitar tahun 2004, 17 tahun yang lalu warga setempat bernama Suhad setengah mimpi saat melakukan wirit, jam 1 malam, didatangi 3 orang berjubah yang wajahnya bersinar.
" Ayo Nak ikut Saya, terus saya di bawa kesini, ke makam ini, saya ditunjukkan nama-nama makam yang ada disini, 1. Seh Imam Qhozali, 2. Sayyid Abdullah, 3. Nyai Khotiah. Ketiga makam ini awal ditemukan, selanjutnya makam makam yang lain. Bahkan waktu itu nama nama beliau saya samarkan dengan julukan nama Jawa, Eyang Ghozali, Eyang Abdullah dan Nyai Katiah. " Ungkap Suhad.
Suhad adalah orang pertama yang memulai membabat area makam Hutan Mente Puncak bukit Jurang Pelen Gunung Prahu. Ia mengikuti petunjuk yang diamanatkan kepadanya oleh 3 orang berjubah putih dengan wajah bersinar. Suhad meyakini bahwa makam yang ditunjukkan orang berjubah itu adalah kuburan para alim atau ulama atau Wali yang sudah lama tidak terawat dan tak tersentuh oleh masyarakat sekitar.
Pada hari pertama membabat Bukit Gunung Prahu, sambung Suhad, tidak banyak warga yang bergabung untuk membersihkan semak belukar, karena bukit itu sebelumnya memang jarang dan terkenal wingit (angker) bahkan tidak pernah tersentuh oleh warga.
" Dulu tempat ini Alas (hutan) tempat ini terkenal angker, jarak tigabulan setelah itu tepat ini saya bersihkan, saya rapikan sendiri. Sebenarnya kami terus membersikah bukit itu tidak lain hanya karena ingin barokah para ulama dan wali Allah SWT, saya niati mbukak Leluhurku Lillahita'ala. Saat itu makam makam ini saya kasih tetenger dengan penataan batu seadanya. "Tegas Suhad.
Kini warga semakin dibikin yakin bahwa di Bukit Jurangpelen Gungprahu ada makam waliyullah dengan ditemukan 9 nisan terpisah. Akhirnya tiap tahun pengunjung berdatangan, dari Jombang, Tuban, Banten, Mojokerto, Jogjakarta, Madura, Sidoarjo, Surabaya, Pasuruan, Gresik, Malang, Jember, Wringin Anom.
" Mereka Berkunjung kesini katanya ada amanah supaya berziarah kemakam yang ada di sini. " Ucapnya.
Bahkan masih Menurut Suhad, sekitar tahun 2005 awal-awal mbabat hutan mente bukit Jurangpelen Gunung Prahu Bukusari, datang Mbah Kun dari purbakala Trowulan Mojokerto yang mengatakan bawasannya makam yang ada disini ini yang tua, kerabat dari Sayyid Sulaiman yang ada di Mojoagung Jombang.
Di lereng Bukit tersebut berjarak sekitar 500 meter sebelah barat daya dari area makam yang baru ditemukan itu telah dikenal keberadaan Watu Rante peninggalan menurut legenda Dampuawung dan keberadaannya juga sudah masyhur di kalangan warga Bulusari, terutama bagi masyarakat Pasuruan.
Ketika mendatangi situs makam kuno itu, awak media Pojok Kiri bertemu langsung dengan Suhad dan Suwandi. Kepada Pojok Kiri Sabtu (22/10/2022), Suhad menceritakan semua secara detail kronologi penemuan makam tersebut. Suhad menuturkan bahwa area kuburan itu sudah berumur ratusan tahun. Bahkan, kata dia, awal dia merawat makam tersebut banyak orang memfitnah dan menghinanya dengan kata kata sok pinter, bahkan dianggap gila, di area makam tersebut oleh Suhad dibangun pendopo sederhana dari kayu seadanya.
Waktu demi waktu, tahun demi tahun sekitar tiga bulan yang lalu sebelum Hari Jadi Kabupaten Pasuruan, Pengusaha Rokok desa Bulusari, Haji Rohmawan yang kerapkali melewati jalan tersebut sambil Gowes, melihat secara langsung warga yang melewati jalan setapak masuk hutan, sehingga Abah Rohmawan cari tau apa yang dilakukan warga tersebut.
" Saat itu Aba Mawan lagi Ngowes sama Aba Su'ud kesini, "kamu kemakamnya siapa itu Mas?!! , karena saya sering kesini sama Mas Suhad yaa saya jelaskan bahwa makam ini adalah makam Waliyulloh. " Ungkap Suwandi, teman sekolah Aba Rohmawan yang saat ini dipercaya melakukan rehab pembangunan pendopo makam tersebut.
Dari penjelasan Suwandi dan Suhad, Haji Rohmawan merasa terpanggil untuk merawat makam leluhur, apalagi makam para Waliyulloh penyebar agama Islam,
Seh Imam Qhozali. Bangunan pendopo yang sebelumnya sederhana dan rapuh kemakan usia, semua di pugar total, batu nisanpun di buat elegan, kerangka bangunan, Pondasi pagar, semuanya dibikin kokoh. Jalan masuk yang tadinya setapak sekarang di Paving, sehingga kendaraan roda dua dan roda 4 bisa masuk. Kondisi rehab bangunan saat ini masih 30%.
Selain itu, lanju Suhad Saad mengingat dawuh Wali yang menemuinya dan bagaimana ujian kesabaran dalam membuka makam dan merawatnya. "Terkadang saya menangis, saat menangis ada suara, yang sabar, dengan sabar kamu nantik akan menemukan hikmahnya, biarkan orang mengatakan kamu gila, sok pinter, yang penting kamu dekat dengan Allah, megendeng dengan Allah. "Keluhnya.
Bahkan salah satu ulamak dari Madura juga mengingatkan kepada Suhad untuk bersabar dalam merawat makam Waliyulloh.
" Sampian yang sabar, istiqfar, yang kuat, suatu saat disini kalau sudah kebukak semua, disini akan rame. Wali yang ada di sini ini Makam Wali yang paling besar (Agung) derajatnya. " Ucap salah satu pengunjung dari Madura yang tidak mau sebut namanya.
Saat ini suasana makam yang berada di dalam hutan mente hawanya tenang,sejuk,
bisa menambah ketenangan berzikir. Suyad berharap kedepan tempat ini bisa dijadikan destinasi wisata Religi, sebagai bentuk uri-uri leluhur, melestarikan sejarah. (Fii/Yus)