Header Ads Widget

Hosting Unlimited Indonesia

Ticker

6/recent/ticker-posts

Proyek Maharaja WARINGIN Sapta, Tanggul Sepanjang Porong-Wonokromo



Pasuruan, Pojok Kiri
Sepeninggal Mpu Sendok, kerajaan Medang berturut-turut dikuasai oleh, Isyana Tungga Wijaya,
Mahkota Wangsa Wardhana, Dharmawangsa, hingga Erlangga kesemuanya adalah keturunan Mpu Sendok.

Namun di era Erlangga merupakan era Kejayaan wangsa Isyana, di era ini Raja Erlangga bergelar Abhiseka sebagai Sri Maharaja Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa membangun kerajaan besar dengan sebuah proyek raksasa yang di sebut Proyek Cri Maharaja. Erlangga adalah pendiri kerajaan Medang Kahuripan, Panjalu dan Janggala di Jawa Timur yang memerintah pada sekitar tahun (1019-1043).


Yang menarik dimisteri kekuasaan Erlangga adalah pada dua prasasti yakni PRASASTI TEREP berangka tahun 954 saka (1032 Masehi), dan PRASASTI KAMALAGYAN (Prasasti Klagen) berangka tahun 959 saka (1037 M).

Mengapa Erlangga memindahkan pusat pemerintahannya dari Waton Mas ke Kahuripan ?
Jawaban dari dua pertanyaan itu, kunci utamanya ada pada
dua prasasti tersebut yakni
Prasasti Terep dalam salah satu baitnya menyebutkan
"Cri Maharaja katlayah sangke Waton Mas, Mara I Patokan..."
Prasasti Kamalagyan salah satu baitnya menyebutkan
"... Maha raja makadaton I kahuripan .."


Airlangga sebelum tahun 1032 sudah berstatus sebagai Maharaja dan berkedudukan di Waton Mas, di nobatkan sebagai maha raja di Candi Keboireng yang saat ini berada di dusun Keboireng Desa Ngerong kecamatan Gempol.

Erlangga dinobatkan sebagai raja Medang menggantikan
ayah mertuanya pada tahun 1019 Masehi dengan
berkedudukan di Kraton Waton Mas. Sembari menata
pemerintahannya, beliau membangun sebuah kota di
Lembah Hilir Delta Brantas. Pembangunan itu sendiri selesai pada tahun 1032 Masehi, hal ini berarti pembangunan itu memakan waktu hingga 23 tahun.

Diresmikan pada tahun
1037 Masehi tepatnya Bulan Kartika tahun 959 saka ( tgl 10
November 1037 Masehi ).

Selanjutnya pada tahun 1032 masehi, Raja Airlangga meninggalkan Waton Mas, menuju ke Patakan, dan pada tanggal 10 November 1037 Masehi Raja Airlangga meresmikan berdirinya kota Kahuripan.

Dalam prasasti Pucangan disebutkan bahwa Raja Dharmawangsa gugur dalam serangan Kerajaan worawari. Dan didalam prasasti Cane disebutkan bahwa
Erlangga dengan dikawal Narotama berhasil lolos dari serangan lawan.

Lebih lanjut Prasasti Terep salah satu baitnya berbunyi,
"..Gri Maha Raja katloyoh sangke waton mas, mare I
Patakan...". Dan prasasti Kamalagyan dalam bait 19
menerangkan, Maha Raja makadaton I Kahuripan artinya,
Erlangga sebagai raja Kerajaan Kahuripan berkedudukan di
Kota Kahuripan, sebagai ibu kota kerajaan Kahuripan. 

Namun berdasarkan Prasasti Panwatan menafsirkan
bahwa, "Pada tahun 1042 Erlangga memindahkan ibu kota kerajaan Kahuripan ke Kediri. Padahal Prasasti Panwatan yang berangka tahun 964 saka ( 1042 Masehi ) tidak jelas-jelas
menerangkan demikian. Bahkan sebagaimana diungkapkan oleh Prof.Dr. Slamet Mulyana dalam bukunya, bahwa tidak
ada satupun prasasti yang menerangkan bahwa Erlangga
pernah memindahkan ibu kota Kerajaan Kahuripan ke Kediri.

Sementara para sejarawan, kurang jelas dalam menunjuk Kota kahuripan. Bahkan letaknya sering dipersamakan dengan Waton atau Waton Mas. Setelah Erlangga berhasil menghalau Raja Worawari dan
kembali menguasai Kedaton Waton Mas, lalu Erlangga
berkedudukan dimana!??

Ada dua pendapat dari para sejarawan tentang hal terebut.
Pendapat Pertama:
Setelah mengalahkan Raja Worawari, Erlangga dinobatkan
menjadi Raja di Medang dan berkedudukan di Waton Mas, Namun tidak beberapa lama, Erlangga memindahkan kerajaannya ke Patakan dan membangun kota baru Kahuripan hingga selanjutnya Erlangga berkedudukan di Kahuripan.

Dari prasasti Kamalagian para ahli sejarah menterjemahkan bahwa pembangunan kota Kahuripan itu adalah sebuah proyek Raksasa yang disebut PROYEK MAHARAJA (Proyek Cri Maharaja).

Proyek Maharaja ini menitik beratkan pada :
1. Pembuatan bendungan, tanggul untuk tambak yang disebut dengan Bendungan WARINGIN SAPTA.

2. Merenovasi Bandar (Pelabuhan) Laut dan sungai yang disebut dengan Bandar Hujung Galuh (Bandar Dagang)

3. Secara keseluruhan pembangunan yang meliputi seluruh wilayah lembah Hilir Delta Brantas, menyangkut Penataan aliran air sungai,
pembuatan sungai-sungai baru berikut kanal-kanalnya dan
membuat tanggul - tanggul pada seluruh bibir sungai.

4. Membangun insfrastruktur sungai dan darat, tempat-tempat pemukiman, sarana umum, lahan pertanian, dan memulai pembuatan lahan perikanan yang kini disebut tambak-tambak. Sampai dengan pengendalian banjir.

Pertumbuhan penduduk yang pesat diperlukan perhatian, maka Airlangga perlu membuat lahan pemukiman atau hunian yang tidak jauh dari Istananya, sekaligus membuat lahan-lahan pertanian dan perikanan. Proyek Maharaja ini dinamakan "BENDUNGAN WARINGIN SAPTA". 

Waringin Sapta adalah bendungan raksasa sepanjang kurang lebih 35 km dari bibir utara Kali Porong hingga sampai bibir selatan Kali Mas. Bendungan tersebut kini berfungsi sebagai jalan raya Porong-Wonokromo, keseluruhannya 100% lurus tanpa berkelok.

Lembah Hilir Delta Sungai Brantas semula awalnya penuh
dengan rawa-rawa dan tergenang air pada saat laut pasang, tanah kering tidak lebih dari 30% dibagian barat. Sehingga kalau di lihat dari ketinggian Gunung Penanggungan (Pawitra) Istana Waton Mas sisi Utara adalah hamparan pantai, sungai dan rawa. Bahkan di gambarkan saat itu sungai Porong lebarnya 1 sampai 3 kilo meter.

Luapan laut dan luapan sungai Porong jadi penghalangnya. Sehingga Airlangga harus membendung dua sisi tersebut. Bendungan Waringin Sapta yang dibangun sepanjang pantai dari lekukan Kali Porong ke lekukan Kali mas berfungsi sebagai: Menahan gelombang pasang (arus laut) sekaligus menahan luapan sungai Brantas dari barat, terutama pada musim penghujan.

Membentuk tanah kering disebelah barat bendungan sehingga berkembang menjadi tempat-tempat pemukiman lama dan terbentuknya tempat pemukiman baru, Lasum Panjawan, Sijanatyasan, Panji Gathing, Talan, De Sapangkah, Pangkaya. Tempat peribadatan, pendidikan, pusat perdagangan, perkantoran, lahan pertanian dll. 

Semuanya bisa ditempuh
melewati jalur sungai dengan terbentuknya sarana
transportasi sungai yang bisa menjangkau ke seluruh
pelosok Lembah Delta Hilir Sungai Brantas berikut Bandar-
bandar kecil dimana-mana.

Terbentuknya LAHAN PERIKANAN disebelah timur
bendungan, yang kini kita kenal dengan nama tambak.

Peresmian ditandai dengan PELETAKAN PRASASTI
sebagaimana yang diketemukan di dusun Klagen Desa Tropodo wilayah kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo, Yakni sebuah prasasti yang terbuat dari batu endesit (batu kali) yang keras, yang titik leburnya sangat tinggi, dengan ukuran panjang 115cm, tebal 28cm dan tinggi 215cm.

PROYEK MAHARAJA yang dengan menitik beratkan
pada BENDUNGAN WARINGIN SAPTA tidak hanya sekedar untuk menanggulangi bencana banjir, tetapi juga
membangun sebuah KOTA yang kelak dicanangkan sebagai IBU KOTA sebuah negeri KAHURIPAN dengan
ditengarahi prasasti dari batu endesit bertitik lebur tinggi,
agar kelak terbaca oleh anak cucunya, generasi berikutnya.
Hal ini terbukti walau berusia 1000 tahun lebih, tulisan
dengan huruf dan bahasa jawa kuno itu masih bisa dibaca sebagian besarnya. Walau pada jaman sekarang dengan
teknologi terkini dibuat tiruannya sebagaimana tersimpan di musium Mpu Tantular Sidoarjo. Namun kualitas, keindahan dan kesempurnaanya tidak menjangkau yang aslinya.

Keberhasilan Pembangunan Proyek Maharaja yang dipimpin sendiri oleh Airlangga itu disamping menunjuk "betapa kebesaran Erlangga sebagai Maha Raja "juga menunjukkan Betapa besar perhatian Erlangga kepada kemakmuran rakyatnya. Oleh karena itu Kawasan Lembah Hilir Delta Brantas sampai jaman Singosari - Mojopahit, adalah dikenal sebagai kawasan pemasok pangan seluruh negeri.

Kebesaran Erlangga dengan keberhasilan proyek yang
dipimpinnya langsung ini, mendapatkan banyak pujian dari banyak kalangan sebagaimana tertuang dalam prasasti-prasasti termasuk prasasti Kamalagyan.

Pengakuan-pengakuan itu diungkap dalam bentuk gelar (abhiseka) sebagai tanda jasa/tanda kehormatan, seperti saat
Airlangga disebut dalam Prasasti Gandhakuti, Erlangga
disebut Aji Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning
Bhuwana, dan lain-lain. 

Di dalam prasasti Kamalagyan
sendiri nama Abhiseka Erlangga adalah Maharaja
Rake Hulu Cri Lokeswuru Dharmawangsa Airlangga
anamaprasadottunggadewa.

Keberhasilan Erlangga dalam membangun Kahuripan tidak
hanya secara fisik, tetapi juga secara ideologis. Menanamkan 
rasa bangga kepada warganya dengan membentuk Pasukan 
Pengamanan di seantero kawasan, serta membentuk wilayah Sima (perdikan) yakni kawasan bebas pajak, kecuali pajak Pendapatan. BERSAMBUNG. (Syafi'i/Yus).